Hujan Guyur Jakarta Saat El Nino, Pertanda Awal Musim Hujan?
Jakarta, CNBC Indonesia - Hujan mendadak turun di sejumlah wilayah Jakarta pada Selasa malam (24/10/2023 hingga Rabu siang (25/10/2023). Pasalnya, Indonesia saat ini tengah mengalami fenomena anomali iklim El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) positif.
Kedua fenomena ini, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebabkan pembentukan awan hujan turun signifikan dan memicu kenaikan suhu lebih panas. Sehingga musim kemarau tahun ini lebih ekstrem kering dan lama dibandingkan musim kemarau biasanya.
Lalu mengapa hujan turun di saat musim kemarau ekstrem efek El Nino?
Peneliti Klimatologi Pusat Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjelaskan, ada klaster awan hujan (MCC) yang terbentuk berhari-hari secara merata di sebagian besar Sumatra, Kalimantan, dan sebagian Jawa.
Hal ini, kata Erma, dipicu oleh aktivitas siklon tropis Hamoon dan Lola di Teluk Benggala dan Samudra Pasifik tenggara dekat Papua.
"Sebagian MCC juga ada yang terbentuk secara lokal di Jawa sehingga menimbulkan hujan deras bahkan persisten. Karena sifat awan MCC memiliki siklus hidup lebih dari 6 jam," paparnya dalam unggahan di akun X (dulu Twitter) miliknya, dikutip sesuai izin, Kamis (26/10/2023).
"Inilah penyebab hujan beberapa hari berturut-turut meskipun di tengah musim kemarau, dan disebut 'wet spells'," tambah Erma.
Lalu apakah hujan tersebut menandai dimulainya awal musim hujan?
"Tidak, karena angin monsun masih dominan timuran. Kedua, hujan masih belum konsisten selama tiga dasarian atau tiga puluh hari, tapi baru beberapa hari saja. Misal di Bandung 4 hari hujan, sehingga disebut dengan wet spells," jelas Erma.
Jika arah angin berubah jadi monsun baratan, lanjutnya, barulah bisa dikatakan memasuki musim hujan. Di mana, terang Erma, usai hujan 'wet spells' tersebut, kata Erma, atmosfer kembali ke kondisi semua, yaitu tidak terpantau ada pembentukan awan.
Hal itu, katanya, membuktikan hujan yang terjadi adalah peristiwa sesaat, di-trigger oleh siklon tropis.
Lebih Kering Lebih Lama
Sementara itu, mengutip unggahan di akun Instagram Pusat Riset Iklim dan Atmosfer (PRIMA) BRIN, terdapat kecenderungan musim kemarau yang lebih kering dan memiliki durasi lebih panjang terjadi selama tahun 2023.
Disebutkan, hal itu berdasarkan model prediksi deterministik yang dijalankan oleh PRIMA-BRIN. Yang menemukan efek aktivitas ENSO dan IOD positif yang berpotensi terus berlanjut.
"Kedua fenomena pemanasan di Samudra Pasifik dan Samudra Hindia tersebut telah diteliti dapat menimbulkan kekeringan panjang dan meluas," tulis @/prima_brin.
(dce/dce)