Pengusaha Ini Pesta Pora Saat Rupiah Dihantam Dolar

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
Kamis, 26/10/2023 07:50 WIB
Foto: Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dalam Economic Update di Program Power Lunch yang berlangsung pada Selasa, (11/7/2023). (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menyinggung para eksportir terkait keuntungan mereka di tengah pelemahan rupiah yang terjadi kini.

Menurutnya, eksportir menjadi kelompok yang saat ini tengah menikmati keuntungan dari kondisi pelemahan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat tersebut.

Terutama karena eksportir merupakan penjual barang-barang ekspor yang transaksinya dalam mata uang asing atau dolar. Maka penerimaan mereka tinggal dikalikan dengan kurs yang lebih besar.


"Rupiah lebih lemah maka eksportir terima rupiah lebih banyak," kata Suahasil saat konferensi pers APBN di kantornya, Jakarta, dikutip Kamis (26/10/2023).

Apalagi, dia melanjutkan keuntungan itu makin besar bila eksportir tersebut adalah penjual barang-barang yang diproduksi di dalam negeri, dan barang modal maupun bahan bakunya juga berasal dari domestik.

"Barang yang diproduksi dalam negeri dan produksi domestik input dari domestik ini akan menjadi penerimaan yang baik bagi para eksportir kita," ucap Suahasil.

Bagi APBN sendiri, pelemahan kurs rupiah akibat menguatnya nilai tukar dolar ini juga memberikan keuntungan dari sisi pengenaan bea masuk.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, bea masuk yang dihitung berdasarkan kurs dolar telah mencapai Rp 36,9 triliun per September 2023.

Nilai itu naik sekitar 1,7 persen dibandingkan bulan yang sama pada tahun sebelumnya atau year on year dan sudah mencapai sekitar 77,6% dari target APBN 2023.

"Dengan kurs rupiah yang mengalami pelemahan maka penerimaan dalam bentuk rupiah kita menjadi seperti naik itu karena bea masuk itu dihitung berdasarkan US dolar," tegas Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menambahkan.

Selain karena kurs, bea masuk ini naik disebabkan tarif efektif yang naik menjadi 1,44%. Didorong pertumbuhan impor komoditas dengan tarif bea masuk lebih dari 10% sejalan dengan aktivitas ekonomi domestik yang masih terjaga.

Kendati begitu dari sisi penerimaan bea keluar anjlok drastis atau turun hingga 78,1% yoy menjadi Rp 8,1 triliun. Nilai tersebut namun sudah mencapai 79,4% dari target APBN 2023.

Penyebabnya adalah bea keluar produk sawit turun 82,1% yoy dipengaruhi harga CPO yang lebih rendah meskipun volume ekspornya naik, serta bea keluar tembaga turun 54,3% yoy dipengaruhi turunnya volume ekspor tembaga sebesar 13,5% yoy.


(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Terbang & "Kokoh" di Level 7.200-an, Kuat Berapa Lama?