Ramai Perusahaan Barat 'Goyang', Imbas Perang Israel-Hamas

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa perusahaan besar dari Amerika Serikat (AS), seperti Starbucks hingga McDonald's menghadapi kontroversi, termasuk ancaman diboikot, imbas perang antara Israel dan kelompok Hamas Palestina.
Starbucks dilaporkan menggugat serikat pekerjanya, Starbucks Workers United, awal bulan ini setelah organisasi buruh tersebut menyatakan solidaritas terhadap warga Palestina. Pesan yang diunggah di X kini telah dihapus.
Gugatan muncul setelah pesan dari serikat pekerja tersebut memicu seruan untuk memboikot Starbucks. Diketahui banyak orang salah mengira posisi serikat pekerja sebagai posisi perusahaan.
"Kami sangat tidak setuju dengan pandangan yang diungkapkan oleh Workers United, termasuk afiliasi lokalnya, pengurus serikat pekerja, dan mereka yang mengidentifikasi diri sebagai anggota 'Starbucks Workers United'," kata Sara Kelly, wakil presiden eksekutif dan chief partner officer di Starbucks, dalam pernyataannya, dikutip Rabu (24/10/2023).
"Tidak satupun dari kelompok ini yang mewakili Starbucks Coffee Company dan tidak mewakili pandangan, posisi, atau keyakinan perusahaan kami," tambahnya, seperti dikutip ABC News.
Serikat pekerja pun telah mengajukan gugatan balik terhadap Starbucks. Mereka menyebut gugatan tersebut sebagai upaya untuk merusak serikat pekerja dan melemahkan upaya pengorganisasian mereka.
Sementara itu, sebuah waralaba McDonald's di Israel mengumumkan makanan gratis untuk anggota militer Israel. Hal ini memicu reaksi balik dari konsumen dan pesan. Bahkan beberapa waralaba McDonald's dari negara lain menyatakan tindakan tersebut tak berkaitan dengan mereka.
Juru bicara McDonald's mengatakan bahwa fokus utama perusahaan adalah menjamin keselamatan karyawan. Untuk mendukung masyarakat di wilayah tersebut, McDonald's memberikan sumbangan sebesar US$1 juta yang dibagi rata antara Palang Merah dan Program Pangan Dunia.
Selain itu, laporan The Washington Post menyebut ratusan karyawan Google mengedarkan petisi setelah CEO Sundar Picha mengeluarkan surat yang dianggap mendukung tindakan Israel.
Beberapa hari setelah serangan Hamas, beberapa perusahaan besar memberikan tanggapan dengan sangat cepat, salah satunya perusahaan Amazon.
"Serangan terhadap warga sipil di Israel sangat mengejutkan dan menyakitkan untuk disaksikan. Berharap perdamaian dapat terwujud sesegera mungkin," kata CEO Amazon Andy Jassy pada tanggal 9 Oktober dalam sebuah postingan di X.
Namun, tidak sedikit perusahaan yang tetap diam beberapa hari setelah serangan tersebut.
Secara keseluruhan, lebih dari 150 perusahaan telah mengeluarkan pernyataan yang mengutuk serangan awal oleh Hamas, menurut kumpulan pernyataan publik yang dikumpulkan oleh Profesor Manajemen Universitas Yale Jeffrey Sonnenfeld.
Daftar perusahaan tersebut mencakup perusahaan-perusahaan terkemuka seperti Microsoft, Goldman Sachs, J.P. Morgan Chase, Verizon dan Tesla. Beberapa eksekutif perusahaan bahkan membuat pernyataan tajam yang menyoroti hubungan pribadi dengan Israel.
Beberapa pernyataan perusahaan yang mengecam Hamas sendiri telah menuai kritik dari para advokat yang mengatakan bahwa mereka gagal memberikan simpati atas penderitaan dan penindasan yang dialami warga sipil Palestina.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 5 Update Perang Gaza: Jumlah Korban-Israel Acak-Acak Tepi Barat
