Dampak Perubahan Iklim Makin Ngeri, RI Harus Transisi Energi

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
24 October 2023 14:55
Negara Tetangga Lebih Sayang Bumi Daripada Indonesia
Foto: Infografis/ Transisi Energi

Jakarta, CNBC Indonesia - Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Eddy Soeparno menilai transisi energi dari energi yang berbasis fosil ke energi baru terbarukan menjadi sebuah keniscayaan. Mengingat dunia saat ini merasakan apa yang disebut dengan perubahan iklim atau climate change.

Menurut Eddy, semua negara di dunia saat ini sudah merasakan dampak dari adanya perubahan iklim. Hal tersebut dapat dilihat dari kondisi kemarau berkepanjangan yang tidak hanya terjadi di Indonesia saja namun seluruh negara di dunia.

"Saat ini kita punya cuaca ekstrim hari ini, suasana kemarau yang sangat panas tidak hanya di Indonesia tetapi di sekitar wilayah Asean termasuk juga di bagian Asia Selatan di India dan sekitarnya," kata Eddy dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, Selasa (24/10/2023).

Belum lagi, kondisi tersebut juga diperparah dengan adanya polusi yang terjadi di kota-kota besar yang ternyata sudah sangat akut dan menjadi banyak penyebab berbagai gangguan kesehatan bagi masyarakat. Karena itu, transisi energi menjadi salah satu kunci.

"Kita melihat bahwa adanya polusi yang sudah begitu akut di wilayah wilayah perkotaan di Indonesia, jadi ini merupakan sebuah keniscayaan yang tidak bisa kita hindari," ujarnya.

Meski begitu, Eddy menyadari proses transisi ke energi bersih membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Mulai dari proses pendanaan hingga pembangunannya membutuhkan waktu.

"Untuk menggantikannya itu butuh waktu untuk membangunnya untuk kemudian beroperasi kedua membutuhkan dana juga untuk kemudian membangun alternatif energi terbarukan yang baru ini sebagai pengganti dari energi fosil yang sekarang ini dipergunakan oleh para pembangkit yang ada terutama PLTU PLTU berbasis batu bara," katanya.

Sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) juga sempat menyinggung bahwa saat ini dunia sedang dihantui oleh hal yang menakutkan yakni perubahan iklim. Perubahan iklim itu saat ini hampir dirasakan oleh semua negara di Dunia.

"Tidak kalah menakutkannya perubahan iklim, climate change, yang sekarang mulai dirasakan hampir semua negara, yang biasanya dingin jadi panas yang biasa panas jadi lebih panas. Gelombang panas super el nino sebuah hal yang harus kita sikapi dengan bijak," terang Presiden Jokowi dalam pembukaan Mahasabha XII Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) di Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (30/8/2023).

Perihal hal menakutkan itu, Jokowi mengibaratkan dalam ajaran hindu ada yang disebut Tri Hita Karana. Di mana, salah satunya adalah pelemahan kesempurnaan hubungan manusia dengan alam yang sering dilupakan.

"Terlupakan dalam kehidupan modern kita. Kita berfikir alam baik-baik saja, tapi tau tau datang gelombang panas di hampir sebagian negara di dunia ini," ungkap Presiden Jokowi.

Untuk mengatasi itu, Jokowi menyebutkan bahwa saat ini semua negara berbondong-bondong masuk ke yang namanya green economy. "Terutama industrinya green, penggunaan energi green juga sama beralih ke green energy karena kita semua ingin mengurangi perubahan iklim. semuanya green, green, green ," tambahnya.

Menurutnya hal ini bisa menjadi suatu tantangan maupun peluang. Karena Indonesia memiliki potensi pada transformasi ini, dengan potensi mencapai 434 ribu megawatt energi hijau.

Ia mencontohkan seperti geothermal di Indonesia memiliki potensi 24 ribu megawatt, tenaga air atau hydro power mencapai 95 ribu megawatt melihat di Indonesia memiliki 4.400 sungai. Selain itu juga tenaga surya mencapai 169.000 megawatt dan tenaga angin mencapai 68.000 megawatt.

"Ini lah potensi yang kita miliki sehingga akan menarik investasi," kata Jokowi.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Makin Jelas Tanda Kiamat di Langit & di Bumi, Ilmuwan Teriak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular