Rupiah Melemah Subsidi Energi Bengkak? Ini Kata Sri Mulyani

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
23 October 2023 18:46
Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia (BI), Ketua Dewan komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). (CNBC Indonesia/Emir Yanwardhana)
Foto: Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia (BI), Ketua Dewan komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). (CNBC Indonesia/Emir Yanwardhana)

Jakarta, CNBC Indonesia - Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) meliputi Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, Ketua Dewan komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar, dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa mendatangi Istana Negara, Senin (23/10/2023).

Kedatangan KSSK atas permintaan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) untuk mengetahui perkembangan terkini dari situasi ekonomi global dan dalam negeri, khususnya di sektor keuangan. Menkeu Sri Mulyani menyatakan, KSSK memberikan update kepada Presiden Jokowi mengenai situasi terkini dan situasi yang sedang terus berkembang di dalam perekonomian global, baik pasar keuangan dan juga tentu tantangan-tantangan yang harus di antisipasi dan harus dihadapi pada bulan-bulan depan dan tahun mendatang.

Tak terkecuali terkait melemahnya rupiah terhadap dolar AS. Sri Mulyani bilang, bahwa semua tahu fenomena global saat ini dengan Amerika Serikat yang menghadapi inflasi cukup tertahan tinggi, dan kondisi ekonomi yang cukup kuat.

"Mereka kemudian mengeluarkan signal atau paling tidak dibaca market, bahwa higher for longer itu akan terjadi dan ini yang sebabkan banyaknya capital flowing back to Amerika Serikat," ungkap Sri Mulyani di Istana Negaran, Senin (23/10/2023).

Kemudian, kata Sri Mulyani hal itu menyebabkan dolar index menguat di 106. Bahkan, Gubernur BI Perry Warjiyo sebelumnya mengatakan dolar index ada di 93. "Berarti Dolar itu kuat secara global. Kita akan terus sinkronkan kebijakan moneter dan fiskal agar dalam situasi di mana pemacunya adalah negara seperti Amerika Serikat dampaknya ke ekonomi kita bisa dimitigasi dan diminimalkan. Baik terhadap nilai tukar, inflasi, maupun terhadap pertumbuhan ekonomi dan stabilitas sistem keuangan. Itu yang terus kita lakukan insentif," ungkap Sri Mulyani.

Lalu apakah menguatnya dolar terhadap rupiah akan berdampak pada subsidi energi?

Melansir Refinitiv, rupiah menembus level psikologis Rp15.900/US$ dan bahkan di tengah perdagangan sempat menyentuh angka Rp15.965/US$ atau melemah 0,60%. Posisi tersebut merupakan yang terlemah sejak 8 April 2020 atau sekitar 3,5 tahun terakhir.

Sri Mulyani menjabarkan bahwa pihaknya terus memantau pelamahan rupiah atas dolar AS terkait dengan asumsi makro tersebut khususnya berkaitan dengan subsidi energi. Pasalnya, semua harga terus bergerak termasuk, harga minyak, nilai tukar, suku bunga.

"Kita akan lihat bagaimana adjustment-nya terhadap APBN. Soal subsidi energi, kita sampai hari ini belum melihat itu sebagai hal yang signifikan, paling tidak sekarang kita lihat perkembangan di mid east yang masih kita jaga dan waspadai, karena kan di sana konsentrasi produksi minyak," ungkap Sri Mulyani.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Belanja Pemerintah Minus 0,6%, Jadi Rp 1.170 T di Agustus

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular