
Nunggu Restu Jokowi, AS Mau Bangun Pembangkit Nuklir di RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan pembangkit listrik swasta asal Amerika Serikat (AS) yakni PT ThorCon Power Indonesia mengungkapkan bahwa perusahaan masih menanti restu Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) berbasis thorium di Indonesia.
Chief Operating Officer ThorCon Power Indonesia, Bob S. Effendi mengatakan, pihaknya masih menanti terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) sebagai payung hukum untuk pembangunan proyek PLTN di Indonesia.
Dia menjelaskan, pada dasarnya izin usaha pembangunan PLTN di Indonesia sudah ada ketentuannya, yakni berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No.5 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko. Di dalam PP ini disebutkan KBLI 43294 tentang instalasi nuklir.
"Pemerintah sudah memberikan izin usaha PLTN. Namun butuh Perpres sebagai payung hukum terhadap proyeknya, yang lebih penting adalah terbitnya Revisi KEN (Kebijakan Energi Nasional) dan pembentukan NEPIO (Nuclear Energy Program Implementation Organization)," ungkap Bob kepada CNBC Indonesia, Senin (23/10/2023).
Bob mengatakan bahwa untuk bisa membangun PLTN dalam negeri, pihaknya tidak perlu menunggu Rancangan Undang-Undang Energi Baru dan Energi Terbarukan (EBET) disahkan. Hal itu lantaran sudah ada aturan yang menaungi pembangunan PLTN dalam negeri yakni Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 5 Tahun 2021 tersebut.
"(Pembangunan PLTN) tidak perlu menunggu RUU EBET karena berdasarkan PP 5 tahun 2021 sudah ada KBLI 43294 tentang instalasi nuklir," tambahnya.
Meski masih menunggu Peraturan Presiden terkait pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), namun dia masih optimistis bahwa PLTN yang akan dibangun ThorCon ini akan menjadi PLTN pertama di Indonesia dan ditargetkan bisa mulai beroperasi komersial pada tahun 2030 mendatang.
Bob juga mengatakan bahwa nantinya pada November 2024 mendatang, pihaknya akan memulai pemotongan baja pertama yang akan dilakukan di galangan kapal Korea Selatan.
Setelah itu, Bob mengatakan pada tahun 2027 mendatang, unit PLTN akan sampai di Indonesia. Lokasi yang dipilih pun berada di Kepulauan Bangka Belitung. Selain itu, izin operasi Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) ditargetkan dikantongi pada 2029 mendatang.
"Target operasi komersial 2030. First steel cutting (pemotong baja pertama) di galangan kapal di Korsel, November 2024, unit PLTN sampai lokasi 2027, target ijin operasi BAPETEN 2029," terangnya.
Dia mengungkapkan bahwa linimasa yang ditargetkan dalam proses pembangunan PLTN dalam negeri ini masih didiskusikan lebih lanjut dengan pihak Bapeten.
Bob menerangkan bahwa natinya PLTN yang digadangkan akan menjadi calon PLTN pertama di Indonesia tersebut akan memiliki kapasitas sebesar 500 Mega Watt (MW) dengan perkiraan nilai investasi sebesar Rp 13 triliun.
Bahan baku yang akan digunakan untuk PLTN itu yakni thorium. Dia menyebut, untuk tahap awal, pihaknya akan mengimpor thorium terlebih dahulu.
"Bahan bakar seluruhnya harus import dulu. Tapi di kemudian hari akan di bangun pabrik bahan bakar," tandasnya.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada 3 Opsi, Ini Alasan Perusahaan AS Pilih Bangka Bangun PLTN