Bos Pengusaha Ingatkan Ancaman Nasib Rupiah Efek Pilpres

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
23 October 2023 14:35
Infografis, Dari Perkasa Kini Rupiah Dipukul K.O Dollar
Foto: Infografis/ Dari Perkasa Kini Rupiah Dipukul K.O Dollar/ Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah ambruk di sesi perdagangan hari ini, Senin (23/10/2023). Dilansir dari Refinitiv, rupiah menembus level psikologis Rp15.900/US$ melemah 0,19% dan bahkan di tengah perdagangan sempat menyentuh angka Rp15.914/US$. Posisi rupiah saat ini merupakan yang terlemah sejak 8 April 2020 atau sekitar 3,5 tahun terakhir.

Kondisi ini kian mengkhawatirkan karena Indonesia bakal menghadapi pesta demokrasi Pemilu 2024 mendatang.

"Nah itu tugas kita bersama nanti setelah resmi mendaftarkan diri, harapan kami tahapan proses pilpres (pemilihan presiden) ini di mana akan ada kampanye terbuka dan tertutup, kita harap timses (tim sukses), elit politik menciptakan situasi aman kondusif, sehingga nggak mengganggu iklim investasi dan perdagangan kita," kata Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pengembangan Otonomi Daerah Sarman Simanjorang kepada CNBC Indonesia, Senin (23/10/2023).

"Ini menjadi fundamental karena namanya nilai tukar rupiah dipengaruhi internal, terutama kampanye. Jangan ada gesekan yang membuat terjadinya kegaduhan. Ini harus dihindari karena makin melemahkan nilai rupiah. Jadi gimana kita fokus menghadapi tantangan ekonomi global, dampak ke ekonomi rupiah kita, tapi dalam negeri harus pastikan. Walau dalam tahap pemilu tapi kita pastikan dalam kondisi aman kondusif dan tidak mengganggu dunia usaha dan bisnis," lanjutnya.

Melemahnya nilai tukar uang bukan hanya terjadi di rupiah, namun juga nilai tukar mata uang lainnya. Ketidakpastian geopolitik itu sangat berpengaruh terhadap nilai tukar mata uang, diantaranya konflik Israel-Hamas.

"Saya rasa bukan nilai rupiah yg terburuk tapi Ringgit juga dalam sejarah paling lemah saat ini. Jadi mata uang negara lain alami hal sama. Dampak ekonomi global, perang Israel Hamas, kebijakan ekonomi Amerika, ini sangat mengganggu prinsip keuangan kita yang pinjamkan uang dari Indonesia gitu juga dalam dolar," kata Sarman.

Untuk itu, imbuh dia, pemerintah perlu mengambil langkah konkret untuk menyelamatkan nilai tukar rupiah, termasuk cara-cara selain menaikkan nilai suku bunga menjadi 6%. Jika tidak, daya beli masyarakat kian terancam.

"Kita harap pemerintah terutama Kementerian terkait, OJK, BI Kemenkeu lakukan sinergitas, terutama dari sisi nilai rupiah kita tidak lemah terlalu tajam. Kalau berkepanjangan pengaruhi daya beli masyarakat kita karena berdampak ke naiknya harga barang," sebut Sarman.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dunia Kacau Gegara AS, Ini Gambaran BI Soal Nasib RI ke Depan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular