Hamas vs Israel Masih Panas, China Kirim 6 Kapal Perang
Jakarta, CNBC Indonesia - China menempatkan enam kapal perangnya di Timur Tengah. Setidaknya kapal-kapal tersebut sudah berada selama seminggu lebih di kawasan tersebut.
Mengutip South China Morning Post (SCMP) dan Sputnik, mereka adalah angkatan laut ke-44 militer China (PLA), yang sebelumnya telah melakukan latihan bersama dengan Oman. Terdiri dari kapal perusak berpeluru kendali Tipe 052D, fregat Jingzhou dan kapal pasokan terintegrasi Qiandaohu.
Hal ini dilakukan persis saat Amerika Serikat (AS) mengirim USS Gerald R Ford, kapal induk paling canggihnya, bersama dengan kelompok tempurnya ke kawasan Asia Barat. Di sisi lain, militer Israel telah memperingatkan bahwa Hizbullah yang didukung Iran, berisiko menyeret negara tetangganya Lebanon ke dalam perang, dan mengatakan rudal anti-tank ditembakkan dari Lebanon pada hari Minggu.
Mengutip Wion, saat ini status kapal perang tersebut saat ini tidak diketahui. Namun laporan ini bertepatan dengan seruan pemimpin China Xi Jinping untuk gencatan senjata dan koridor kemanusiaan di Gaza.
Komentar Xi sempat disampaikan dalam pertemuan dengan Perdana Menteri (PM) Mesir Mostafa Madbouly di sela-sela Forum Belt and Road (BRI) di Beijing, pekan lalu. Media pemerintah mengutip Xi yang mengatakan kepada Madbouly bahwa China mendukung upaya Mesir untuk membiarkan bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Sementara itu, stidaknya 400 orang dilaporkan tewas di seluruh Gaza, setelah serangan udara Israel tanpa henti dalam 24 jam terakhir. Ini digambarkan sebagai "pemboman terberat" sejak serangan Hamas pada 7 Oktober.
"Setidaknya tercatat 25 serangan udara Israel terhadap kawasan pemukiman di wilayah Palestina, yang merupakan rumah bagi lebih dari 2 juta orang," tulis Wafa, dikutip Al-Jazeera.
"Banyak serangan yang menghantam rumah-rumah warga sipil tanpa peringatan apa pun," tambahnya.
Salah satunya adalah di wilaya Jabalia, Gaza Utara. Sedikitnya 30 orang tewas, di mana banyak dari mereka adalah anak-anak dan wanita.
Serangan, mengutip laman yang sama, menghancurkan bangunan tempat tinggal milik keluarga al-Lidawi di kawasan al-Shuhada di kamp pengungsi tersebut. Laporan tersebut menyebutkan bahwa serangan tersebut meratakan bangunan tersebut dengan tanah dan juga menghancurkan sejumlah rumah di sekitarnya.
"Ledakan besar terdengar diikuti oleh kebakaran besar tak lama setelah serangan," ujar salah satu koresponden yang menjadi saksi mata.
Serangan udara juga dilaporkan terjadi di dekat rumah sakit Indonesia di kota Beit Lahia, Gaza Utara. Direktur RS mengatakan hal itu menyebabkan 'kerusakan dan cedera serius.
Tidak jelas apakah pasien dan orang lain yang berlindung di rumah sakit juga termasuk di antara mereka yang terluka. Sebelumnya, rumah sakit mengumumkan bahwa dokter mungkin terpaksa menghentikan operasi jika tidak mendapatkan bahan bakar untuk menjalankan fasilitas tersebut.
Hal sama juga terjadi di dekat RS Al-Shifa dan Al-Quds. Padahal para media dilaporkan terus berjuang untuk merawat para korban yang datang akibat pemboman terpisah.
"Beberapa rudal menghantam sekitar Kompleks Medis Al-Shifa, yang menampung jumlah korban luka dan staf medis terbesar di seluruh Jalur Gaza," tulis Al-Jazeera masih mengutip WAFA.
"Serangan terpisah juga terjadi untuk kedua kalinya di sekitar Rumah Sakit Al-Quds di lingkungan Tal Al-Hawa," tambahnya.
Sementara itu, mengutip CNN International, pejabat senior Israel mengatakan tidak ada gencatan senjata di Gaza. Padahal Amerika Serikat (AS) dan Qatar, dilaporkan telah meminta hal itu dilakukan Tel Aviv guna membebaskan 200 tawanan yang disandera Hamas sejak 7 Oktober.
"Tidak mengetahui seruan AS," tulis media berbasis di Alaska tersebut mengutip pejabat Israel.
"Upaya kemanusiaan tidak boleh dibiarkan berdampak pada misi membubarkan Hamas," katanya lagi.
(sef/sef)