Internasional

Putin Disebut Dukung Hamas Lawan Israel, Rusia Kirim Ini

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
23 October 2023 11:00
Presiden Rusia Vladimir Putin memberi isyarat saat berpidato pada pertemuan tahunan Klub Diskusi Valdai di resor Laut Hitam Sochi, Rusia, Kamis, 5 Oktober 2023. (Sergei Guneyev, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)
Foto: Presiden Rusia Vladimir Putin (AP/Sergei Guneyev)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang antara kelompok milisi Palestina Hamas dengan Israel telah menyeret beberapa negara adidaya dunia untuk ikut andil dalam menyelesaikannya. Salah satu negara tersebut adalah Rusia, di mana Moskow meminta agar kedua pihak menahan diri.

Namun dalam beberapa pernyataannya, Presiden Rusia Vladimir Putin tidak menyampaikan belasungkawa kepada rakyat Israel dan juga tidak mengutuk Hamas. Ini berbeda dengan yang dilakukan negara-negara Barat.

Putin justru menyalahkan Barat dan Amerika Serikat (AS) atas serangan brutal tersebut dan menyerukan pembentukan negara Palestina. Pernyataan ini pun mendapat pujian dari Hamas.

Sejumlah ahli menuduh Rusia mendukung Hamas dan Iran. Apalagi dengan fakta bahwa hubungan Moskow dengan Barat, yang menjadi sekutu Israel, memanas pasca serangan ke Ukraina.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menambahkan suaranya pada kasus konflik ini. Menyalahkan Moskow karena mendukung operasi Hamas "dengan satu atau lain cara".

Dalam sebuah laporan Foreign Policy in Focus, dukungan Rusia juga dikatakan terungkap. Sesaat sebelum serangan ke Israel, para pemimpin Hamas dan Jihad Islam diklaim memperoleh transfer uang dalam jumlah besar, menggunakan pertukaran mata uang kripto Garantex yang berlokasi di Moskow.

Diketahui, Rusia merupakan wilayah yang paling tidak dapat dikendalikan Barat. Apalagi pasca serangannya ke Ukraina yang membuat Negeri Beruang Putih terputus dari jaringan Barat.

Penulisnya, Tatyana Ivanova, juga memaparkan bahwa Putin memiliki sejarah panjang dengan musuh Israel seperti Hizbullah dan Hamas. Menurutnya, saat ini Moskow sedang berupaya untuk membangun posisinya sebagai mediator konflik Timur Tengah yang efektif.

"Itulah sebabnya, selama dua hari terakhir, Putin mengulangi pernyataan bahwa serangan itu terjadi karena upaya AS untuk "memonopoli pengaturan" konflik antara Israel dan Hamas dan tidak diikutsertakannya Rusia dalam perundingan normalisasi Timur Tengah," tulisnya alhier pekken, dikstip Senin (23/10/2023).

"Secara taktis, perang skala besar antara Hamas dan Israel dan kemungkinan eskalasinya di seluruh kawasan akan membantu Rusia mengalihkan perhatian masyarakat dunia dari agresi dan kejahatan perangnya di Ukraina," katanya.

Permainan Putin dalam kancah geopolitik di Timur Tengah ini menurutnya juga dilakukan karena presiden itu terlatih dalam melakukan apa yang disebut "aktivitas subversif" saat bertugas di KGB Soviet. Ivanova menyoroti aktivitas tersebut dengan keterlibatan tidak langsung Rusia dalam perang Suriah melalui pemboman udara dan kelompok paramiliter swasta Wagner.

Ia juga menambahkan bahwa saat ini merupakan momentum yang tepat dalam menyerang Israel dalam kaca mata Rusia. Pasalnya, ada perpecahan masyarakat di Israel, gesekan pemerintahan Presiden AS Joe Biden dengan Perdana Menteri (PM) Israel Netanyahu, dan tidak adanya Ketua DPR AS saat ini.

"Meningkatnya jumlah korban warga Palestina di Gaza akibat operasi pembalasan juga akan memberikan kesempatan kepada Kremlin untuk melegitimasi serangan udaranya terhadap Ukraina, yang membunuh warga sipil dan merusak infrastruktur sipil," tambahnya.

"Rusia juga berharap, menurut ideologis dunia Rusia Alexander Dugin, bahwa konflik tidak akan terbatas pada dua pihak dan sekutu terdekatnya. Iran, Suriah, dan Lebanon serta Hizbullah akan terlibat," jelasnya.

"Jika ini terjadi, Putin akan mempunyai peluang lain untuk membalas dendam kepada Barat, kali ini di panggung internasional," tambahnya.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Habis Ukraina, Negara Ini Bisa Jadi Target Putin Selanjutnya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular