
Sri Mulyani Buka-bukaan! Cuma Ini yang Bikin RI Negara Maju

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan, pemerintah akan terus menjaga cita-cita Indonesia bisa keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah atau middle income trap dan menjadi negara maju pada 2045, meskipun dunia kini tengah tidak baik-baik saja.
Ia mengatakan, salah satu strategi yang terus diperkuat pemerintah adalah dengan menggenjot produktivitas di dalam negeri untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih kuat, meskipun ekonomi dunia kini terus melemah akibat berbagai perang di sejumlah wilayah dan tekanan inflasi akibat tingginya harga-harga komoditas.
"Suatu negara itu enggak bisa tumbuh hanya dengan menambah konsumsi, tanpa dia menciptakan suatu productivity. Maka, Indonesia perlu tingkatkan kemakmuran melalui faktor yang paling penting, yaitu total factor productivity," kata Sri Mulyani saat memberikan kuliah umum di Universitas Diponegoro dan Universitas Sebelas Maret, Jawa Tengah, Senin (23/10/2023).
Untuk mendorong penguatan produktivitas di dalam negeri, ia mengatakan, strategi pertama yang pemerintah lakukan adalah berinvestasi di sumber daya manusia (SDM) melalui belanja pendidikan selama periode 2015-2022 sebesar Rp 3.492,8 triliun, dan belanja kesehatan pada periode 2015-2022 sebesar Rp 1.149,9 triliun.
"Anggaran pendidikan, kesehatan, yang semuanya itu directly related ke productivity karena produktivitas itu adalah fungsi atau ditentukan oleh kualitas anda semua ini manusia-manusia Indonesia," ucap Sri Mulyani.
"Jadi ini salah satu bentuk investasi apapun pendidikan kesehatan dan jaring pengaman sosial menjadi penting, karena manusia adalah kunci," tuturnya.
Tak hanya di bidang pembangunan manusia, Sri Mulyani mengatakan, pemerintah juga memperkuat peningkatan produktivitas melalui penyediaan infrastruktur pendukungnya. Pembangunan infrastruktur untuk mendukung daya saing kata dia telah memanfaatkan dana APBN sebesar Rp 2.778 triliun pada periode 2015-2022.
Terdiri dari 2.687 km tol yang telah beroperasi hingga 2022, dari 2014 hanya 802 km. Jalan umum 549,16 ribu km dari 517,75 ribu km, bandar udara dari 237 unit menjadi 287 unit, pelabuhan dari 1.655 unit menjadi 3.157 unit, pembangkit listrik dari 53 giga watt menjadi 81,2 giga watt, dan kapasitas bendungan dari 6,39 miliar m3 menjadi 16,96 miliar m3.
"Namun, kalau manusianya hebat enggak ada infrastruktur enggak bisa apa-apa, orang untuk pergi saja sulit terkoneksi, maka dia akan terpengaruh produktivitasnya maka infra adalah bagian dari cara kita untuk tingkatkan produktivitas," tutur Sri Mulyani.
Dengan strategi itu, ia menilai, Indonesia terbukti ini mampu menjaga pertumbuhan ekonominya di level kisaran 5% pada saat pertumbuhan ekonomi global melemah dan merata di berbagai negara akibat tekanan ekonomi saat terjadi taper tantrum pada 2013, perang dagang Amerika Serikat-China pada 2018, Pandemi Covid-19 sejak 2020, hingga perang Ukraina-Rusia dan Israel Palestina pada 2022-2023.
"Dunia gonjang ganjing kalian happy-happy saja, karena there just be something and someone taking care of you, ya kan. Enggak ada yang tepuk tangan karena sudah taken for granted," kata Sri Mulyani.
"Harga minyak mau naik ke US$ 100 kemudian terjadi perang yang semua khawatir, sekarang ini AS tidak ada ketua DPR nya sehingga mereka enggak bisa mengendalikan fiskal, gonjang ganjing ini sebetulnya dunia, tapi kalian happy-happy saja," tegasnya
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penampakan Barang Ilegal Rp 49 M yang Disikat Sri Mulyani Cs