Pasien Thalassemia Meningkat, Ada Wacana Wajib Screening

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
18 October 2023 16:02
Kegiatan Sosial Kunjungan Penderita Thalasemia: Ekon Cares With All Our Hearts “Memutus Mata Rantai Thalasemia untuk Indonesia Emas 2045” di RS Fatmawati, Jakarta, Rabu (18/10/20)/Teti Purwanti
Foto: Kegiatan Sosial Kunjungan Penderita Thalasemia: Ekon Cares With All Our Hearts “Memutus Mata Rantai Thalasemia untuk Indonesia Emas 2045” di RS Fatmawati, Jakarta, Rabu (18/10/20)/Teti Purwanti

Jakarta, CNBC Indonesia - Deputi Bidang Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang Wahyu Utomo mengatakan diperlukan penanganan serius terhadap kasus Thalassemia. Pasalnya, sejak 2012 hingga saat ini penderita Thalassemia mengalami peningkatan tiga kali lipat.

Untuk itu, dia menegaskan negara pun hadir bagi penderita Thalassemia melalui dukungan obat dan donor dana. Meski demikian, diperlukan pencegahan penyebaran penyakit tidak menular ini.

Salah satu langkah yang bisa ditempuh adalah screening, terutama pada genetik yang memiliki penyakit ini. Sebagai informasi, Thalassemia merupakan penyakit kelainan darah bawaan dan tidak menular. Namun penyakit ini biasanya diturunkan secara genetik dari orang tua kepada anaknya.

"Screening adalah mitigasi agar pembawa sifat tidak saling menikah, Selama 10 tahun ini jumlah meningkat sebanyak tiga kali lipat karena kita tidak mencegah," kata Wahyu dalam Kegiatan Sosial Kunjungan Penderita Thalassemia: Ekon Cares With All Our Hearts "Memutus Mata Rantai Thalassemia untuk Indonesia Emas 2045" di RS Fatmawati, Jakarta, Rabu (18/10/2023).

Jika tidak dicegah, dia menilai penyakit ini akan merugikan dan jadi beban bagi negara, akibat tanggungan biaya kesehatan. Wahyu mengatakan pencegahan terbukti efektif mengurangi angka Thalassemia, salah satunya yang dilakukan negara di timur tengah, Siprus.

"Ke depan bukan tidak mungkin screening itu wajib pada masa sekolah. Namun untuk sampai ke sana kita butuh riset dan pengembangan yang sayangnya hingga saat ini belum ada di Indonesia," jelas Wahyu.

Dalam kesempatan yang sama, Penasehat DWP Kemenko Perekonomian, Yanti Airlangga mengatakan jumlah pasien Thalassemia meningkat tiga kali lipat dalam 10 tahun terakhir, dan harus ada nyata untuk memutus rantai penyakit tersebut.

"Kami berharap bisa memutus rantai Thalassemia, apalagi deteksi penyakit ini bisa dimulai sejak kelas 3 SMP. Namun sayangnya belum banyak orang yang tahu apa itu Thalassemia," ungkap Yanti.

Dia menegaskan membantu pencegahan penyakit Thalassemia merupakan salah satu tugas kemanusiaan yang penting. Sementara itu, Direktur Layanan Operasional RSUP Fatmawati, Aldrin Neilwan mengatakan kasus ini seperti gunung es karena belum seluruhnya penderita Thalassemia tercatat. Bahkan angka prevalensi Thalassemia saat ini diperkirakan mencapai 7-10%, untuk itu diperlukan deteksi dini sebagai upaya pencegahan.

"Sangat disayangkan kesadaran bersama soal deteksi dini yang dilakukan seumur hidup sekali sangat kecil," jelas Aldrin.

Adapun pasien Thalassemia yang rutin kontrol dan menjalankan transfusi darah di RS Fatmawati mencapai 117 anak-anak dan 65 orang dewasa. Sebagian besar orang dewasa yang transfusi ini sudah melakukan transfusi darah sejak kecil.


(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article DWP Kemenko Perekonomian Ajak Masyarakat Sadar Thalasemia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular