Gawat! Efek Global Hempas Ekspor-Impor RI

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
Selasa, 17/10/2023 10:56 WIB
Foto: REUTERS/Fabian Bimmer

Jakarta, CNBC Indonesia - Impor Indonesia pada September 2023 mengalami penurunan tajam sebesar 12,45% menjadi US$ 17,34 miliar. Penurunan ini dipicu oleh penurunan nilai impor nonmigas.

Impor nonmigas September 2023 turun 14,46% dibandingkan September 2022. Sementara itu, dari sisi nonmigas, impor bahan baku dan barang modal Indonesia mengalami penurunan yang dalam pada September 2023.

Dari catatan BPS, secara tahunan, bahan baku turun terdalam sebesar 14,83% (year on year/yoy) menjadi US$ 12 miliar. Sementara itu, barang modal turun 10,01% (yoy) menjadi US$ 1,67 miliar.


Dengan demikian, impor secara kumulatif, Januari-September 2023 juga turun 8,34% menjadi US$ 138,76 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun lalu US$ 148,44 miliar.

Penurunan tidak hanya terjadi di impor, ekspor Indonesia juga mengalami penurunan. Ekspor September 2023 tercatat sebesar US$ 20,76 miliar, mengalami kontraksi 16,17% (yoy) dari basis angka yang tinggi (high base) tahun lalu, utamanya pada sektor industri dan pertambangan. Secara kumulatif, ekspor periode Januari - September 2023 mencapai US$ 192,27 miliar.

Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. Andry Asmoro menuturkan impor masih mengalami kontraksi menjelang akhir tahun, yang mengindikasikan lemahnya perlambatan global yang berdampak pada perekonomian domestik.

Pada Agustus, kata Andry, kinerja impor Indonesia menunjukkan penurunan sebesar 14.77% (yoy), lebih tinggi dibandingkan kontraksi bulan sebelumnya sebesar 8.32% (yoy). Secara bulanan, impor melemah 3,53% (mtm).

Penurunan impor barang bahan baku mendorong melemahnya kinerja impor pada Agustus 2023.

"Penurunan impor bahan baku dipengaruhi oleh penurunan harga komoditas dan melemahnya permintaan dari negara tujuan ekspor," ujarnya.

Tren penurunan ini berlanjut pada September. Secara bulanan, impor turun -8,15% dibandingkan bulan sebelumnya.

Ini dipicu oleh penurunan impor barang konsumsi. Hal ini tentunya, menurut Andry, mengindikasikan adanya penurunan belanja pada bulan September. Ke depannya, kondisi ini bisa berlanjut.

"Selain itu, larangan e-commerce untuk menjual barang impor senilai kurang dari US$ 100 juga berkontribusi terhadap penurunan impor barang konsumsi," papar Andry.

Terkait dengan ekspor, Andry juga melihat adanya efek perlambatan dari global. "Ekspor yang terus menurun menunjukkan lesunya permintaan global." tegasnya.

Andry menambahkan penurunan ekspor terutama disebabkan oleh penurunan ekspor nonmigas (NOG) sebesar -6.41% secara bulanan (mtm) atau -17.7% secara tahunan (yoy).

Pelemahan tersebut dilatarbelakangi oleh rendahnya permintaan minyak sawit mentah (CPO) dari India sebagai importir terbesar asal Indonesia, akibat tingginya stok.

"Selain itu, penurunan harga batubara dibandingkan harga dasar tahun lalu yang tinggi juga berkontribusi terhadap lemahnya ekspor NOG pada September," papar Asmo.

Pemerintah Waspada

Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus sebesar US$ 3,42 miliar pada bulan September 2023, atau merupakan surplus selama 41 bulan berturut-turut. Secara kumulatif Januari - September 2023, surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai US$ 27,75 miliar.

"Di tengah tren moderasi harga komoditas dan perlambatan kinerja pertumbuhan ekonomi global, neraca perdagangan Indonesia masih mencatatkan surplus. Hal ini menunjukkan kinerja sektor eksternal Indonesia yang masih kuat dan akan terus kita jaga ke depannya", ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, Selasa (17/10/2023).

Meskipun masih mencatatkan surplus, aktivitas perdagangan internasional Indonesia mengalami penurunan sejalan dengan tren moderasi harga komoditas global serta perlambatan ekonomi di sejumlah negara mitra dagang utama. Harga beberapa komoditas ekspor utama Indonesia seperti minyak kelapa sawit, batu bara, dan nikel mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan tahun lalu.

Bank Dunia memperkirakan bahwa harga komoditas global pada tahun 2023 akan termoderasi sebesar -21,2% dibanding tahun 2022 sebagai dampak dari meningkatnya tensi geopolitik dan pelemahan Tiongkok, sesuai laporannya dalam Commodity Market Outlook 2023.

Kondisi penurunan juga terjadi di sisi impor. Penurunan nilai impor terjadi pada bahan baku/penolong dan barang modal

"Penurunan nilai ekspor dan impor tidak hanya dialami Indonesia, melainkan juga terjadi pada banyak negara mitra dagang utama Indonesia, seperti Tiongkok, India, Amerika Serikat, Vietnam, dan Korea Selatan, sejalan dengan tren perlambatan ekonomi global," kata Febrio.

Dalam menghadapi tantangan perlambatan global yang semakin kompleks, Febrio memastikan pemerintah tetap optimis dan berkomitmen untuk mengatasi dampak dari perlambatan global.

Salah satu strategi yang diterapkan adalah dengan memantau secara cermat dampak perlambatan global terhadap ekspor nasional.

"Pemerintah juga telah menyiapkan langkah antisipasi melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi SDA, peningkatan daya saing produk ekspor nasional, serta diversifikasi mitra dagang utama," tutup Febrio.


(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Surplus Neraca Dagang RI April 2025 Susut, Tersisa USD 150 Juta