Bos JPMorgan Ingatkan Ancaman Paling Berbahaya Intai Dunia
Jakarta, CNBC Indonesia - Bos JPMorgan Chase membagikan peringatan keras mengenai bahaya yang dihadapi dunia saat ini. Hal ini terungkap dalam rilis mengenai kinerja pendapatan bank terbesar di Amerika Serikat (AS) tersebut.
CEO Jamie Dimon mengatakan perang yang sedang berlangsung di Ukraina serta serangan yang dilancarkan Hamas terhadap Israel akhir pekan lalu mungkin memiliki dampak luas pada pasar energi dan pangan, perdagangan global, dan hubungan geopolitik.
"Ini mungkin saat paling berbahaya yang pernah terjadi di dunia dalam beberapa dekade," kata Dimon, dikutip dari CNBC Internasional, Minggu (15/10/2023).
Selain konflik militer, Dimon menyebutkan meningkatnya utang nasional dan defisit fiskal terbesar AS mendorong kuatnya risiko inflasi dan suku bunga tinggi.
Seiring dengan tingginya suku bunga, dia menyebutkan upaya Federal Reserve untuk mengurangi kepemilikan obligasinya. Proses tersebut, yang dikenal sebagai pengetatan kuantitatif. Kini upaya mengurangi likuiditas dalam sistem pada saat kemampuan pembentukan pasar semakin dibatasi oleh peraturan, menurut Dimon.
Dimon baru-baru ini mengatakan bahwa dia telah memperingatkan klien tentang kemungkinan bahwa suku bunga tidak hanya akan tetap tinggi tetapi juga dapat meningkat secara signifikan dari sini.
"Meskipun kami berharap yang terbaik, kami mempersiapkan Firma tersebut untuk mencapai berbagai hasil sehingga kami dapat secara konsisten memberikan pelayanan kepada klien, apa pun lingkungannya," katanya.
JPMorgan Chase menunjukkan laba US$ 13,15 miliar, atau US$ 4,33 per saham pada kuartal ketiga ini. Laba JPMorgan melonjak 35% dari tahun lalu. Dimon lebih lanjut memperingatkan bahwa kinerja tersebut berasal dari manfaat pendapatan bunga bersih dan biaya kredit yang kemungkinan tidak akan bertahan lama.
(haa/haa)