
Jelang Pemilu RI, Harga Minyak Dunia Bikin Khawatir!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mewaspadai potensi kenaikan harga minyak mentah global yang bakal berimbas pada harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam negeri. Terutama, menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Menteri ESDM Arifin Tasrif berharap agar minyak mentah global tidak mengalami kenaikan dalam waktu dekat ini, menyusul perang yang terjadi antara kelompok Hamas Palestina dengan Israel yang makin panas.
"Ya kita berharap jangan naik-naik dari US$ 90 per barel lah. Biar di level situ dulu lah. Kita juga dengan adanya gitu berarti kan kita bisa menjaga keberadaan keberlangsungan BBM kita dalam negeri dalam situasi jelang Pemilu semuanya agar tenang dulu," kata Arifin di Gedung Kementerian ESDM, Jumat (13/10/2023).
Menurut Arifin, saat ini beberapa negara juga telah mulai mengamankan pasokan sumber energinya masing-masing. Di samping itu, pemakaian minyak mentah juga melandai seiring dengan keputusan negara-negara di Eropa untuk kembali menggunakan batu bara.
"Kelihatannya melandai karena juga ada alternatif lagi yang dipakai juga untuk mengisi contohnya sekarang Jerman, Inggris batu bara pakai lagi untuk bisa mengatasi musim dingin besok," ujarnya.
Sebelumnya, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai pemerintah tidak akan berani menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, seperti Pertalite (RON 90) atau pun Solar. Sekalipun, saat ini harga minyak mentah global tengah terkerek naik.
Menurut Bhima, apabila pemerintah melakukan penyesuaian harga BBM bersubsidi, hal tersebut tentunya bakal berpengaruh pada Pemilu 2024. Kondisi ini tentunya cukup menguntungkan bagi para konsumen pengguna BBM bersubsidi.
"Bagi konsumen beruntung ya ada Pemilu, pemerintah tidak berani naikkan harga BBM jenis subsidi. Jika bukan di tahun Pemilu, harga mungkin sudah naik beberapa kali," kata Bhima kepada CNBC Indonesia, Rabu (11/10/2023).
Ia pun optimistis harga BBM bersubsidi seperti Pertalite masih akan tetap ditahan di level Rp 10.000 per liter. Namun demikian, keputusan pemerintah yang tidak menaikkan harga BBM bersubsidi juga bakal mempengaruhi belanja subsidi sampai akhir tahun.
Sementara itu, Bhima memprediksi bakal ada kenaikan kembali harga BBM non subsidi di dalam negeri. Ini menyusul kekhawatiran gangguan pasokan global karena berlanjutnya konflik antara kelompok Hamas Palestina dengan Israel.
"Situasi ketidakpastian yang berlanjut berdampak pada risiko kenaikan harga BBM non subsidi," kata Bhima.
Seperti diketahui, harga minyak mentah dunia kompak dibuka menguat pada perdagangan Jumat (13/10/2023) setelah penurunan tiga hari beruntun terutama untuk minyak WTI.
Hari ini harga minyak mentah WTI dibuka menguat 0,72% di posisi US$ 83,51 per barel, begitu juga dengan minyak mentah Brent dibuka naik 0,41% ke posisi US$ 86,35 per barel.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Memanas Nyaris US$ 100, ESDM Ketar-Ketir
