Biaya Logistik Makin Murah, Waktu Bongkar Muat Cuma 2,5 Hari

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
10 October 2023 12:45
Penampakan Tol Laut di Pelabuhan Mutiara Pulau Larat. (CNBC Indonesia/Maikel Jefriando)
Foto: Penampakan Tol Laut di Pelabuhan Mutiara Pulau Larat. (CNBC Indonesia/Maikel Jefriando)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mencatat, waktu bongkar muat logistik di pelabuhan dan bandara di Indonesia semakin cepat, dan kian menyaingi Singapura. Biaya logistik pun makin turun.

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso mengatakan per Agustus 2023 waktu bongkar muat di pelabuhan dan bandar hanya 2,52 hari, lebih cepat dari target pemerintah sebesar 2,9 hari.

"Ini melampaui target kita yang sebesar 2,9 hari dan hanya sedikit di bawah Singapura untuk kawasan Asia," kata Susiwijono dalam acara Peningkatan Kinerja Logistik melalui Utilisasi Layanan National Logistic Ecosystem (NLE), di Jakarta, Selasa (10/10/2023).

Selain waktu bongkar muat yang semakin singkat, Susiwijono juga mengklaim bahwa biaya logistik nasional telah mencapai di bawah 15% dari produk domestik bruto (PDB), yakni hanya sebesar 14,29% pada 2022. Perhitungan biaya ini dilakukan antara Kemenko Perekonomian dengan Bappenas dan BPS.

"Pada 14 September yang lalu secara resmi telah meluncurkan biaya logistik nasional dengan menggunakan basis data BPS dan biaya logistik kita capai 14,29% dari PDB. Artinya sudah cukup baik di bawah 15%," tegas Susiwijono.

Ia pun optimistis, hingga 2045 biaya logistik di Indonesia akan semakin turun ke depan hingga mencapai tersisa 8% dari PDB. Didukung oleh semakin efektif dan efisiennya pembangunan infrastruktur yang menunjang arus logistik.

Kendati begitu, Susiwijono mengakui, utilisasi Infrastruktur logistik Indonesia terutama di pelabuhan memang masih terjadi ketimpangan antar daerah di Indonesia, khususnya di Indonesia Timur yang masih di bawah 50%.

Selain faktor ketimpangan muatan juga disebabkan karena sarana fasilitas pelabuhan yang memang masih belum merata, sehingga perbaikan infrastruktur pelabuhan menurutnya masih perlu didorong terutama harus seimbang dengan optimalisasi dari volume traffic.

"San juga nanti berbagai kebijakan kita untuk memberikan subsidi bagi pelabuhan-pelabuhan yang memang minim traffic sehingga utilisasinya sangat rendah di kawasan Timur Indonesia tadi," ucap Susiwijono.

Selain itu juga masih ada permasalahan lain seperti tidak seimbangnya muatan angkut dari antar wilayah atau inbalance cargo. Menurutnya antara wilayah timur dan barat masih belum ada keseimbangan keterisian kargo.

"Sehingga masih perlu didorong berbagai inisiatif untuk meningkatkan logistik kita terutama yang berbasis komoditas atau komoditas base approach untuk menciptakan berbagai sentra industri dan pertumbuhan ekonomi baru keunggulan di Indonesia timur," tegas Susiwijono


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Genjot Ekonomi Tetap Tinggi, APBN Bakal Jor-joran!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular