Mengurai Jeratan Impor BBM, RI Dorong Pemanfaatan Bioetanol

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
09 October 2023 14:05
Analis menyiapkan sample untuk melakukan uji distilasi di ruang laboratorium Integrated Terminal Pertamina, Pelumpang, Jakarta, Selasa (27/9/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Analis menyiapkan sample untuk melakukan uji distilasi di ruang laboratorium Integrated Terminal Pertamina, Pelumpang, Jakarta, Selasa (27/9/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar dalam pengembangan produk bioetanol. Khususnya sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan potensi pengembangan bioetanol dalam negeri dapat dilakukan apabila produksi gula dimaksimalkan terlebih dahulu. Mengingat, mayoritas gula untuk kebutuhan dalam negeri saat ini masih berasal dari impor.

Menurut Arifin apabila produksi gula di dalam negeri sudah berlebih, bahan baku tebu selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk produksi bioetanol.

"Kalau ini berkembang, kelebihannya bisa kita bikin etanol atau memang ada yang spesial area dedicated untuk memang bangun etanol industri. Kita punya potensi gede," ujar Arifin usai acara Sustainable Mobility: Ethanol Talks 2023, Senin (9/10/2023).

Dalam paparannya, ia membeberkan bahwa Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) telah mencanangkan program bioetanol tebu untuk ketahanan energi di Mojokerto, Jawa Timur pada November 2022 lalu. Adapun untuk memulai kembali Mandat Bioetanol, pihaknya bersama PT Pertamina (Persero) dan pemangku kepentingan terkait sudah melakukan uji jalan hingga 15.000 km.

"Uji coba pasar produk pencampur bioetanol saat ini sedang dilakukan. Pertamax Green 95 yang merupakan campuran bensin E5 dan RON 95 saat ini tersedia di beberapa SPBU di Surabaya dan Jakarta. Uji coba pasar telah diterima dengan baik oleh konsumen sasaran," ungkap dia.

Selanjutnya untuk mendukung keberlanjutan Mandat Bioetanol di masa depan, pemerintah kata dia telah menerbitkan Keputusan Presiden pada tahun 2023 tentang Percepatan swasembada gula nasional dan penyediaan bioetanol. Utamanya untuk bahan bakar nabati serta melakukan kajian terhadap penggunaan berbagai bahan baku, khususnya minyak non pangan, tanaman-tanaman.

"Karena terbatasnya bahan baku molases dan juga konflik pangan, pemerintah mendorong pengembangan biofuel berbasis potensi lokal yang lebih layak dan akan menciptakan pasar baru bagi produk pertanian lokal," kata Arifin.

Lebih lanjut, ia membeberkan bahwa hampir seluruh wilayah di Indonesia memiliki sumber daya lokal yang dapat digunakan sebagai bahan bakar bioetanol. Meski demikian, pemanfaatannya memerlukan kajian yang komprehensif untuk dapat dikembangkan secara komersial. "Pemerintah bersama pemangku kepentingan terkait saat ini sedang melakukan studi/pilot project pengembangan bioetanol berbasis potensi lokal," ujarnya.

Adapun, beberapa peluang dapat didorong oleh pengembangan biofuel, seperti pengembangan ekonomi hijau sirkular berbasis masyarakat, ketersediaan berbagai pilihan teknologi, dan pengembangan industri pendukung.

Selain itu, pengembangan biofuel juga memerlukan komitmen dari pihak-pihak terkait khususnya produsen bioetanol dan distributor bensin, untuk melaksanakan pencampuran bioetanol.

Kemudian memerlukan sinergi dan koordinasi kementerian/lembaga dan pemangku kepentingan terkait lainnya, serta dukungan riset dan teknologi khususnya terkait pengembangan bioetanol generasi ke-2 yang terjangkau.

"Brazil merupakan produsen bahan bakar etanol terbesar kedua di dunia dengan teknologi pertanian paling efisien untuk budidaya tebu. Indonesia menyambut baik kerja sama timbal balik dengan Brazil khususnya dalam pengembangan bioetanol," tambahnya.

Impor BBM RI Makin Tinggi

Sejatinya penggunaan bioetanol di dalam negeri sebagai langkah untuk mengurangi impor BBM Indonesia yang semakin tinggi. Menteri Arifin mencatat impor BBM jenis bensin mengalami peningkatan dari sekitar 123 juta barel pada tahun 2015 menjadi 138 juta barel pada tahun 2022.

"Ketergantungan yang tinggi terhadap impor bahan bakar tentunya akan membahayakan ketahanan energi nasional kita," kata Arifin.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jerat Impor BBM Semakin Tinggi, Begini Jurus RI..

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular