Perang Rusia-Ukraina

Putin: Tanpa Bantuan Barat, Ukraina 'Kelar' dalam Seminggu

luc, CNBC Indonesia
06 October 2023 13:40
Presiden Rusia Vladimir Putin memberi isyarat saat berpidato pada pertemuan tahunan Klub Diskusi Valdai di resor Laut Hitam Sochi, Rusia, Kamis, 5 Oktober 2023. (Sergei Guneyev, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)
Foto: Presiden Rusia Vladimir Putin memberi isyarat saat berpidato pada pertemuan tahunan Klub Diskusi Valdai di resor Laut Hitam Sochi, Rusia, Kamis, 5 Oktober 2023. (AP/Sergei Guneyev)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan Ukraina tidak dapat bertahan lebih dari "seminggu" tanpa bantuan militer dan keuangan dari Barat.

Klaim tersebut dilontarkan pada hari yang sama ketika seorang pejabat Uni Eropa memperingatkan bahwa blok tersebut tidak dapat menggantikan kesenjangan pendanaan jika dukungan dari Amerika Serikat (AS) untuk Kyiv mulai seret.

Putin menyampaikan pernyataannya mengenai pendanaan Barat untuk Ukraina seiring meningkatnya kekhawatiran bahwa gejolak politik di Washington dapat membahayakan bantuan militer dan kemanusiaan penting yang dibutuhkan Kyiv untuk melawan invasi Rusia. Presiden AS Joe Biden pekan ini mengakui bahwa ia "sangat khawatir" dukungan AS terhadap Ukraina mungkin akan tergelincir.

Berbicara pada Kamis (5/10/2023) di pertemuan Klub Diskusi Valdai, sebuah lembaga pemikir yang berbasis di Moskow, di resor Sochi di Laut Hitam, Putin mengatakan bahwa Ukraina mendapat dukungan "berkat sumbangan miliaran dolar yang datang setiap bulannya".

"Jika salah satu dari mereka berhenti, semuanya akan mati dalam seminggu," kata Putin, dilansir Al Jazeera.

"Hal yang sama berlaku untuk sistem pertahanan. Bayangkan saja bantuan itu berhenti besok. Ia hanya akan hidup selama seminggu ketika mereka kehabisan amunisi," katanya.

Putin juga mengklaim bahwa Ukraina telah kehilangan lebih dari 90.000 tentara sejak serangan balasan Kyiv terhadap pasukan Rusia dimulai pada bulan Juni.

Pada pertemuan Komunitas Politik Eropa (EPC) di Spanyol pada Kamis, kepala kebijakan luar negeri UE Josep Borrell mengatakan Uni Eropa (UE) tidak dapat menggantikan AS sebagai donor utama Kyiv.

"Dapatkah Eropa mengisi kesenjangan yang ditinggalkan Amerika? Tentu saja Eropa tidak bisa menggantikan AS," kata Borrell.

Uni Eropa dan Amerika Serikat - yang keduanya merupakan anggota NATO - berperan penting dalam perjuangan Ukraina melawan Rusia. UE dan negara-negara anggotanya telah menjanjikan lebih dari US$100 miliar dukungan multi-tahun kepada Ukraina, termasuk pembiayaan pengiriman senjata.

Sementara itu, Washington telah memberikan bantuan militer senilai US$43 miliar, sementara Kongres telah menyetujui US$113 miliar, termasuk bantuan kemanusiaan.

Namun, pendanaan baru AS untuk Ukraina telah ditunda sebagai bagian dari kesepakatan akhir pekan dengan oposisi Partai Republik untuk mencegah penutupan pemerintah AS.

Pencopotan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kevin McCarthy oleh kelompok garis keras Partai Republik minggu ini telah menambah ketidakpastian seputar bantuan untuk Ukraina. Beberapa kelompok garis keras menginginkan bantuan AS ke Ukraina dihentikan.

Rusia Diuntungkan

Jim Dubik, peneliti senior di lembaga pemikir Institute for the Study of War (ISW) yang berbasis di Washington, DC, mengatakan bahwa Putin mengandalkan NATO dan AS untuk mengurangi dukungan mereka terhadap Ukraina, dan peristiwa baru-baru ini di Kongres AS cenderung menguntungkan Rusia.

"Dengan memotong bantuan ke Ukraina, Kongres secara langsung mendukung keinginan Putin untuk memecah aliansi... Tindakan Kongres baru-baru ini tidak menunjukkan kepemimpinan strategis yang diharapkan dunia dari Amerika Serikat," kata Dubik dalam komentar yang diposting di media sosial.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, saat berbicara pada pertemuan para pemimpin Eropa di Spanyol pada Kamis, menyatakan keprihatinannya mengenai "badai politik" yang terjadi di Washington. Namun ia yakin ia masih mendapat dukungan bipartisan AS.

Para pemimpin di KTT EPC mengatakan Putin memperhitungkan bahwa negara-negara Barat akan lelah dengan dukungan jangka panjang terhadap Ukraina, sehingga memberinya jalan menuju kemenangan.

"Saya pikir Rusia ingin kita lelah," kata Perdana Menteri Estonia Kaja Kallas, sambil menambahkan "Kita harus menunjukkan kepada mereka bahwa kita tidak lelah. Kami harus membantu Ukraina selama diperlukan".

Presiden Prancis Emmanuel Macron memperkuat pesan tersebut dalam pertemuan dengan Zelensky, dan menjanjikan dukungan "tak kenal lelah" untuk Ukraina.

Namun di dalam Uni Eropa sendiri terdapat perpecahan.

Slovakia mengumumkan bahwa mereka telah membekukan keputusan mengenai bantuan militer ke negara tetangganya, Ukraina, setelah pemilihan parlemen pada Minggu yang dimenangkan oleh partai SMER-SSD milik mantan Perdana Menteri Robert Fico, yang berkampanye dengan janji untuk mengakhiri dukungan militer untuk Ukraina dan sanksi terhadap Rusia.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Trump Sebut Putin Bawa Kehancuran-Tegas Ultimatum Rusia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular