Harga Gula Diam-diam 'Meledak', Ternyata Ini Biang Keroknya

Aulia Mutiara & Damiana, CNBC Indonesia
06 October 2023 10:57
Gula kristal mentah (raw sugar)  impor (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Gula kristal mentah (raw sugar) impor (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga gula terpantau ikut bergerak naik dan cetak lever harga tertinggi baru. Saat ini, mengacu Panel Harga Badan Pangan, harga gula konsumsi secara rata-rata bulanan nasional di tingkat pedagang eceran bergerak di Rp15.380 per kg. Padahal harga pada bulan September 2023 masih di Rp14.940 per kg.

Jika dibandingkan harga tahun 2022 lalu, rata-rata nasional eceran bulan Oktober adalah Rp14.250 per kg. Dan, harga tertinggi gula konsumsi tercatat mencapai Rp14.750 per kg di bulan April. Dan secara perlahan harga bergerak turun, hingga kembali menanjak di bulan Juli 2023.

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi buka suara soal kenaikan harga gula saat ini.

Menurutnya, salah satu penyebab kenaikan harga gula saat ini adalah efek penyesuaian harga pokok produksi (HPP) di tingkat produsen. Yang diatur dalam Peraturan Badan Pangan Nasional No 17/2023.

Dalam aturan itu ditetapkan, HPP yang sebelumnya dipatok Rp11.500/kg dinaikkan menjadi Rp12.500 per kg.

Harga acuan gula juga dinaikkan dari R 13.500 per kg menjadi Rp14.500 per kg, dan Rp15.500 per kg khusus wilayah Terluar, Terdepan, Tertinggal, dan Perbatasan (3TP) Indonesia.

"Ini dilakukan pemerintah untuk menjaga keseimbangan ekosistem pergulaan nasional. Baik terkait dengan penyesuaian biaya produksi maupun sikap keberpihakan terhadap konsumen dan pelaku usaha," katanya dalam keterangan resmi, Jumat (6/10/2023).

"Sehingga terwujud pangan kuat Indonesia berdaulat. Agar petani sejahtera, pedagang untung, dan masyarakat tersenyum," tambahnya.

Dia pun membandingkan HPP gula saat ini dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Di mana, HPP Gula Konsumsi pada tahun 2013 sebesar Rp 8.100/kg, 2014 sebesar Rp 8.500/kg, 2015 sebesar Rp 8.900/kg, 2016 sebesar Rp 9.100/kg, 2017 sebesar Rp 9.700/kg, 2018 sebesar Rp 9.700/kg, 2018 sebesar Rp 9.700/kg, 2019 sebesar Rp 9.700/kg, 2020 sebesar Rp 10.500/kg, 2021 sebesar Rp 10.500/kg, dan 2022 sebesar Rp 11.500/kg.

Untuk menopang harga gula petani, lanjutnya, pemerintah mengerahkan pelaku usaha dan BUMN membeli gula petani minimal 12.500 karena waktu itu musim giling.

"Musim giling itu tahun lalu harga gula 11.500, tahun lalunya lagi 10.500," cetus Arief.

"HPP ini kerap berada di bawah Biaya Pokok Produksi (BPP) yang dikeluarkan petani. Badan Pangan Nasional mendorong agar petani mendapatkan harga yang sesuai dengan perkembangan keekonomian," ujarnya.

Di sisi lain, dia mengatakan, pelaku usaha di sektor pergulaan nasional juga turut andil menjaga harga.

"Awal tahun 2023 di mana kondisi harga rendah, pemerintah mendorong pelaku usaha menyerap hasil produksi petani dengan harga yang baik. Ketika selesai giling justru harga gula malah terkerek naik," kata Arief.

"Mungkin ke depannya kami harus siapkan pendanaan yang kuat untuk membeli pada saat panen tebu sampai dengan musim giling berakhir, sehingga produk petani itu dibeli dengan harga yang bagus," pungkasnya.

Efek El Nino

Sebelumnya, data Bank Dunia periode September 2023 menunjukkan, harga rata-rata gula mentah (raw sugar) global sudah mencapai US$ 0,58 per kilogram, atau sekitar Rp 9.048 (asumsi kurs Rp 15.600/US$). Harganya saat ini naik 9,8% dibandingkan dengan bulan sebelumnya, dan melesat 48,4% dibandingkan tahun sebelumnya sekaligus mencatat rekor dalam satu dekade terakhir.

Menurut badan pangan dan pertanian PBB, Food and Agriculture Organization (FAO), lonjakan harga gula global tahun ini tak lepas dari kemunculan El Nino yang menimbulkan anomali cuaca berupa kekeringan ekstrem di sebagian belahan dunia, sekaligus peningkatan curah hujan di belahan dunia lainnya. Akibatnya mengganggu produksi pertanian.

"Kenaikan harga gula global terutama dipicu meningkatnya kekhawatiran bahwa fenomena El Nino akan berdampak terhadap prospek produksi global," kata FAO dalam laporanWorld Food Situationedisi September 2023.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ramalan Baru Produksi Gula 'Disunat' 400.000 Ton, Efek Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular