Internasional

India Warning Dunia di Ambang Chaos Gegara Minyak, Ada Apa?

luc, CNBC Indonesia
Kamis, 05/10/2023 09:15 WIB
Foto: Ilustrasi: Minyak mengalir keluar dari semburan dari sumur 1859 asli Edwin Drake yang meluncurkan industri perminyakan modern di Museum dan Taman Drake Well di Titusville, Pennsylvania AS, 5 Oktober 2017. REUTERS / Brendan McDermid / File Foto

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia yang baru-baru ini cenderung berada dalam tren kenaikan membuat sejumlah negara waswas.

Menteri Perminyakan dan Gas Alam India memperingatkan bahwa akan terjadi "kekacauan terorganisir" jika harga minyak menembus angka di atas US$100 per barel, namun mengatakan bahwa negara Asia Selatan tersebut berada dalam posisi yang baik untuk menghadapi biaya yang lebih tinggi.

"Jika harganya melebihi US$100, hal ini tidak akan menguntungkan negara produsen atau kepentingan siapapun. Anda akan mengalami kekacauan yang besar dan terorganisir," kata Hardeep Singh Puri kepada CNBC saat panel di konferensi minyak dan gas ADIPEC di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Selasa (3/10/2023).


"Anda tidak perlu khawatir mengenai dampaknya terhadap India. India adalah negara dengan perekonomian besar yang memiliki banyak produksi dalam negeri. Kami akan menguranginya, kami akan melakukan sesuatu atau yang lain," kata Puri.

Pekan lalu, harga minyak melonjak ke level tertinggi dalam lebih dari setahun dengan harga minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS mencapai US$95,03 per barel. Adapun, Hharga minyak telah turun kembali, berada di bawah level US$90 per barel.

Meskipun Puri yakin bahwa India dapat mengendalikan harga yang lebih tinggi, ia memperingatkan bahwa negara-negara lain mungkin tidak dapat melakukan hal yang sama.

"Saya khawatir dengan apa yang terjadi di negara-negara berkembang lainnya... hal ini benar-benar mengkhawatirkan," kata Puri, sambil menekankan bahwa kenaikan harga-harga dalam 18 bulan terakhir telah menyebabkan "100 juta orang berada dalam kemiskinan."

"Mereka harus beralih dari bahan bakar gas dan memasak yang harganya terjangkau [menjadi] kayu basah, batu bara, atau apa pun yang bisa mereka peroleh. Itulah masalahnya."

Menteri tersebut mengatakan di X, platform media sosial yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, bahwa produsen minyak perlu menyadari kesulitan yang dihadapi negara-negara konsumen.

"Selama pandemi, ketika harga minyak mentah anjlok, dunia bersatu untuk menstabilkan harga agar berkelanjutan bagi produsen. Sekarang, ketika dunia berada di titik puncak resesi dan perlambatan ekonomi, produsen minyak perlu menunjukkan kepekaan yang sama terhadap negara-negara konsumen," katanya dalam sebuah unggahan.


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Panas! Putin Respons Keras Hukuman Trump ke Tetangga RI