FOTO Internasional

Potret Tanda 'Kiamat' di Brasil, Ratusan Lumba-Lumba Mati

Reuters, CNBC Indonesia
Selasa, 03/10/2023 21:50 WIB

Kekeringan parah di Amazon mengakibatkan kematian lebih dari 100 lumba-lumba. Suhu air mencapai 38,8°C, mempengaruhi kehidupan laut secara tragis.

1/10 Seorang peneliti dari Institut Pembangunan Berkelanjutan Mamiraua mengambil lumba-lumba mati dari danau Tefe, aliran sungai Solimoes yang terkena dampak suhu tinggi dan kekeringan di Tefe, negara bagian Amazonas, Brasil, 2 Oktober 2023. (REUTERS/Bruno Kelly)

Seorang peneliti dari Institut Pembangunan Berkelanjutan Mamiraua mengambil seekor lumba-lumba yang mati dari, aliran sungai Solimoes akibat suhu tinggi dan kekeringan di Tefe, negara bagian Amazonas, Brasil, pada Senin (2/10/2023). (REUTERS/Bruno Kelly)

2/10 Seorang peneliti dari Institut Pembangunan Berkelanjutan Mamiraua mengambil lumba-lumba mati dari danau Tefe, aliran sungai Solimoes yang terkena dampak suhu tinggi dan kekeringan di Tefe, negara bagian Amazonas, Brasil, 2 Oktober 2023. (REUTERS/Bruno Kelly)

Lebih dari 100 ekor lumba-lumba ditemukan mati di wilayah hutan Amazon di Brasil akibat kekeringan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Saat kejadian, suhu air mencapai rekor tertinggi di beberapa area, bahkan melampaui 38,8 derajat Celsius atau setara dengan 102 derajat Fahrenheit. (REUTERS/Bruno Kelly)

3/10 Seorang peneliti dari Institut Pembangunan Berkelanjutan Mamiraua mengambil lumba-lumba mati dari danau Tefe, aliran sungai Solimoes yang terkena dampak suhu tinggi dan kekeringan di Tefe, negara bagian Amazonas, Brasil, 2 Oktober 2023. (REUTERS/Bruno Kelly)

Seperti yang dilaporkan oleh CNN pada Senin (2/10/2023), laporan dari Institut Mamiraua, sebuah fasilitas penelitian yang didanai oleh Kementerian Ilmu Pengetahuan Brasil, mengungkapkan bahwa seluruh lumba-lumba yang mati ditemukan di area Danau Tefe dalam tujuh hari terakhir. (REUTERS/Bruno Kelly)

4/10 Seorang peneliti dari Institut Pembangunan Berkelanjutan Mamiraua mengambil lumba-lumba mati dari danau Tefe, aliran sungai Solimoes yang terkena dampak suhu tinggi dan kekeringan di Tefe, negara bagian Amazonas, Brasil, 2 Oktober 2023. (REUTERS/Bruno Kelly)

Menurut laporan Institut Mamiraua, tingginya angka kematian lumba-lumba dianggap sebagai sesuatu yang tidak lazim. Institut tersebut memperkirakan bahwa penyebabnya adalah suhu air yang mencapai rekor tertinggi di danau tersebut, dipadu dengan kekeringan bersejarah di Amazon. (REUTERS/Bruno Kelly)

5/10 Seorang peneliti dari Institut Pembangunan Berkelanjutan Mamiraua mengambil lumba-lumba mati dari danau Tefe, aliran sungai Solimoes yang terkena dampak suhu tinggi dan kekeringan di Tefe, negara bagian Amazonas, Brasil, 2 Oktober 2023. (REUTERS/Bruno Kelly)

Lumba-lumba tak hanya di lautan, ada juga di air tawar seperti Sungai Amazon. Kematian massal lumba-lumba di sana memperkuat kekhawatiran ilmuwan terhadap dampak aktivitas manusia dan kekeringan ekstrem. (REUTERS/Bruno Kelly)

6/10 Seorang peneliti dari Institut Pembangunan Berkelanjutan Mamiraua mengambil lumba-lumba mati dari danau Tefe, aliran sungai Solimoes yang terkena dampak suhu tinggi dan kekeringan di Tefe, negara bagian Amazonas, Brasil, 2 Oktober 2023. (REUTERS/Bruno Kelly)

Sungai Amazon yang merupakan jalur perairan terbesar di dunia, saat ini sedang memasuki musim kemarau. Beberapa spesimen fauna sungai juga dilanda suhu yang mencapai rekor tertinggi. (REUTERS/Bruno Kelly)

7/10 Seorang peneliti dari Institut Pembangunan Berkelanjutan Mamiraua mengambil lumba-lumba mati dari danau Tefe, aliran sungai Solimoes yang terkena dampak suhu tinggi dan kekeringan di Tefe, negara bagian Amazonas, Brasil, 2 Oktober 2023. (REUTERS/Bruno Kelly)

Peneliti dan aktivis berupaya menyelamatkan lumba-lumba yang masih hidup dengan memindahkan mamalia air tersebut dari laguna dan kolam di tepi sungai ke perairan utama sungai yang memiliki suhu lebih dingin. CNN Brasil melaporkan bahwa operasi pemindahan ini menemui kesulitan karena lokasi area yang terpencil. (REUTERS/Bruno Kelly)

8/10 Seorang peneliti dari Institut Pembangunan Berkelanjutan Mamiraua mengambil lumba-lumba mati dari danau Tefe, aliran sungai Solimoes yang terkena dampak suhu tinggi dan kekeringan di Tefe, negara bagian Amazonas, Brasil, 2 Oktober 2023. (REUTERS/Bruno Kelly)

"Memindahkan lumba-lumba sungai ke sungai lainnya tidaklah aman karena penting untuk memverifikasi apakah ada racun atau virus (sebelum melepaskan hewan itu ke alam liar)," sebut peneliti pada Institut Mamiraua, Andre Coelho, kepada CNN Brasil. (REUTERS/Bruno Kelly)

9/10 Seorang peneliti dari Institut Pembangunan Berkelanjutan Mamiraua mengambil lumba-lumba mati dari danau Tefe, aliran sungai Solimoes yang terkena dampak suhu tinggi dan kekeringan di Tefe, negara bagian Amazonas, Brasil, 2 Oktober 2023. (REUTERS/Bruno Kelly)

Kekeringan di area Amazon juga berdampak pada perekonomian. Ketinggian air di bawah rata-rata dilaporkan di sebanyak 59 kota di negara bagian Amazonas, yang menghambat aktivitas transportasi dan penangkapan ikan di sungai. (REUTERS/Bruno Kelly)

10/10 Seorang peneliti dari Institut Pembangunan Berkelanjutan Mamiraua mengambil lumba-lumba mati dari danau Tefe, aliran sungai Solimoes yang terkena dampak suhu tinggi dan kekeringan di Tefe, negara bagian Amazonas, Brasil, 2 Oktober 2023. (REUTERS/Bruno Kelly)

Otoritas setempat memperkirakan kekeringan lebih parah akan terjadi dalam beberapa pekan ke depan, yang menurut laporan CNN Brasil, bisa mengakibatkan kematian lebih banyak lumba-lumba. (REUTERS/Bruno Kelly)