Wow! Bahan Baku Baterai Ini Bisa Diekstrak dari Panas Bumi

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
02 October 2023 16:50
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Tanggamus 110 MW di Ulubelu, Lampung. Dok PLN
Foto: Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Tanggamus 110 MW di Ulubelu, Lampung. Dok PLN

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus gencar mencari harta karun berupa mineral lithium di Indonesia. Pasalnya, lithium mempunyai peran penting sebagai bahan baku pendukung pembuatan baterai kendaraan listrik.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan saat ini terdapat perusahaan yang mampu melakukan kegiatan ekstraksi dari sumber energi panas bumi untuk menghasilkan lithium. Hal tersebut ia ketahui dalam lawatannya ke Prancis untuk menghadiri The IEA Critical Minerals anda Clean Energy Summit pada 28-29 September 2023.

"Kemarin di Prancis ada perusahaan yang mampu mengekstrak lithium dari panas bumi tapi jumlahnya sedikit," kata Arifin ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Senin (2/10/2023).

Oleh sebab itu, pemerintah juga berupaya untuk mengidentifikasi keberadaan kandungan mineral litium selain di sektor panas bumi. Mengingat kegunaan dari mineral langka ini sangat penting untuk kemajuan industri baterai kendaraan listrik di dalam negeri.

"Nah kita akan targetkan ini untuk bisa mengidentifikasikan mineral lithium ini ada gak di tempat lain selain di Geothermal. Lithium kan perlu tuh untuk baterai," ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengakui bahwa Indonesia belum bisa menjadi raja baterai listrik dunia untuk saat ini. Pasalnya, Indonesia belum mempunyai Lithium yang merupakan bahan baku utama dalam pembuatan baterai kendaraan listrik.

Hal tersebut ia sampaikan saat bertemu dengan para pengusaha Lithium di Australia. Pertemuan tersebut dijembatani antara Australia Indonesia Business Council bersama KJRI Perth.

Menurut Luhut, meskipun Indonesia saat ini dianugerahi dengan kekayaan sumber daya nikel yang cukup besar, namun hal tersebut belum cukup menjadikan negara ini sebagai raja baterai kendaraan listrik dunia.

"Ini belum mampu menjadikan kita sebagai raja baterai kendaraan listrik dunia karena kita tidak punya Lithium yang notabene menjadi bahan utama pengembangan industri baterai EV," ujar Luhut dikutip dalam akun instagram pribadinya, Senin (2/13/2023).

Ia menilai Australia merupakan kandidat terbaik dan partner potensial bagi Indonesia untuk mengembangkan Industri baterai EV ke depan. Apalagi, setengah dari Lithium dunia berada di negeri Kangguru.

Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia perlu mendapatkan kepercayaan agar bisa bekerja sama dengan salah satu raksasa Lithium dunia, dengan mempertimbangkan beberapa kemudahan kebijakan yang akan pemerintah Indonesia berikan. Namun, tetap dilakukan dengan cara yang bertanggung jawab terhadap dampak lingkungan.

"Saya juga membawa beberapa BUMN di sektor Sumber Daya Mineral untuk bertemu dan menjajaki langsung kerjasama dengan para pengusaha Lithium di Australia," katanya.

Luhut menyadari bahwa cita-cita menjadi "raja" baterai kendaraan listrik dunia bukan perkara mudah. Maka dari itu, Indonesia perlu memiliki mitra kerjasama yang saling percaya dan mendukung, memberi masukan dalam mewujudkan regulasi yang lebih baik hingga investasi yang lebih terbuka.

"Sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja kedua negara demi mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan," katanya.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Luhut Ungkap RI Temukan Harta Karun Langka, Seberapa Besar?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular