Dua Negara NATO Ini Beri Kabar Buruk bagi Ukraina, Siapa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Negara dalam aliansi militer NATO diketahui merupakan salah satu pendukung Ukraina yang paling kuat. Namun kali ini, dukungan yang diberikan negara aliansi itu nampaknya mulai terganggu.
Pada Sabtu, Kongres Amerika Serikat (AS) meloloskan rancangan undang-undang belanja jangka pendek selama 45 hari, setelah perdebatan berminggu-minggu mengenai berapa banyak dana yang harus dipotong dan prioritas konservatif lainnya.
Pada akhirnya, RUU tersebut, yang secara formal dikenal sebagai resolusi berkelanjutan (CR), mendapat dukungan bipartisan. Namun bill itu tidak mencakup pendanaan tambahan untuk Ukraina.
Presiden Joe Biden, seorang pendukung setia Ukraina, meminta US$ 300 juta untuk menambah senjata bagi Kyiv dan untuk melatih tentaranya. Namun dana tersebut tidak dimasukkan dalam rancangan undang-undang tersebut, karena bantuan untuk Kyiv telah dipandang kaum konservatif di DPR seharusnya dibelanjakan untuk kepentingan di dalam negeri.
Paket belanja tersebut telah menimbulkan pertanyaan mengenai masa depan dukungan AS terhadap Ukraina, karena jajak pendapat sepanjang tahun ini juga menunjukkan menurunnya dukungan terhadap bantuan Ukraina. AS telah menjadi salah satu sekutu terkuat Ukraina, dan Biden mengetuk transfer miliaran dolar ke Kyiv.
"Antara Januari 2022 dan Juli 2023, Washington telah memberikan bantuan militer kepada Ukraina sebesar US$46,6 miliar, bantuan kemanusiaan sebesar US$ 3,9 miliar, dan bantuan keuangan sebesar US$ 26,4 miliar, dengan jumlah total sekitar US$ 77 miliar," menurut analisis terbaru dari Council on Foreign Relations (CFR) yang dikutip Newsweek, Senin (2/10/2023).
Sementara itu, Ukraina juga menerima kabar buruk pada Minggu dari Slovakia setelah Robert Fico, pemimpin partai populis Smer-SD di negara itu, memimpin partainya meraih kemenangan dalam pemilihan parlemen di Bratislava.
Slovakia berbagi perbatasan Timurnya dengan Ukraina dan menyediakan jet tempur MiG-29 era Soviet di tengah serangan Rusia. Fico, bagaimanapun, berjanji untuk menghentikan bantuan militer dari Slovakia, dengan mengatakan dia hanya akan mendukung paket bantuan kemanusiaan.
"Dia juga menentang pemberian sanksi terhadap Moskow dan menyampaikan pesan pro-Rusia," menurut Associated Press.
Hal ini sendiri terjadi saat survei Eurobarometer pada Agustus menemukan penurunan jumlah warga Eropa yang mendukung bantuan Ukraina.
Survei tersebut menemukan bahwa 24% warga Uni Eropa mengatakan mereka "sepenuhnya setuju" dengan "pembiayaan pembelian dan pasokan peralatan militer dan pelatihan ke Ukraina," dibandingkan dengan 33% pada bulan April 2022.
Di sisi lain, jumlah dukungan terhadap pemberian dana militer kepada Ukraina turun dari 67% menjadi 48% pada periode yang sama, dan persentase mereka yang menentang bantuan meningkat dari 26% menjadi 34%.
(luc/luc)