Alert! Tanda Malapetaka 'Bakar' Eropa di Musim Gugur
Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah negara di Eropa telah 'terbakar' oleh cuaca ekstrem pada musim panas tahun ini. Hal yang sama diprediksi berlanjut hingga awal musim gugur.
Austria, Belgia, Prancis, Jerman, Polandia, dan Swiss telah mengalami rekor suhu terpanas di bulan September, dengan suhu tinggi di luar musimnya diperkirakan akan terus berlanjut hingga Oktober, tahun yang kemungkinan besar akan menjadi tahun terpanas dalam sejarah umat manusia.
Karena perkiraan suhu mencapai 31 derajat Celcius di barat daya Prancis pada Minggu dan 28 derajat Celcius di Paris, otoritas cuaca Prancis, Météo-France, mengatakan suhu rata-rata September adalah 21,5 derajat Celcius, antara 3,5-3,6 derajat Celcius di atas normal dalam periode referensi 1991-2020.
Ahli meteorologi Christine Berne mengatakan kondisi ini menjadikannya bulan September terpanas - lebih dari 1 derajat Celcius - sejak pencatatan dimulai pada 1900. Dia menambahkan bahwa di beberapa wilayah, penyimpangan dari rata-rata September dalam tiga dekade terakhir telah melebihi 4 derajat Celcius, terkadang 6 derajat Celcius.
Météo-France mengatakan "banyak sekali" rekor bulanan yang dipecahkan di seluruh negeri selama bulan yang "luar biasa" ini, dengan suhu rata-rata lebih tinggi dibandingkan bulan Juli dan Agustus, dan peringatan gelombang panas dikeluarkan pada bulan September untuk pertama kalinya.
Kantor cuaca Jerman, DWD, mengatakan September ini merupakan bulan terpanas sejak pencatatan nasional dimulai, hampir 4 derajat Celcius lebih tinggi dari suhu dasar pada tahun 1961-1990, sementara suhu rata-rata di Belgia adalah 19 derajat Celcius, juga hampir 4 derajat Celcius lebih hangat dari biasanya.
David Dehenauw dari Institut Meteorologi Kerajaan Belgia mengatakan bulan September lebih panas dibandingkan bulan Juli dan Agustus. Hal ini belum pernah terjadi sejak 1961.
"Belgia belum pernah merasakan bulan September sehangat ini," tuturnya, dikutip The Guardian, Senin (2/9/2023).
Lembaga cuaca Polandia juga mengumumkan suhu bulan September 3,6 derajat Celcius lebih tinggi dari rata-rata, dan merupakan suhu terpanas pada bulan tersebut sejak pencatatan dimulai lebih dari 100 tahun yang lalu, demikian pula pihak berwenang di Austria dan Swiss.
Suhu rata-rata bulanan yang tinggi di luar musimnya ini dipicu oleh gelombang panas yang belum pernah terjadi sebelumnya pada paruh pertama bulan lalu, ketika Prancis mencatat suhu tertinggi pada bulan September sebesar 38,8 derajat Celcius di departemen barat tengah Vienne.
Sementara itu, di Spanyol bagian selatan, yang diyakini sebagai suhu tertinggi pada bulan September yang pernah tercatat di Eropa - 45,7 derajat Celcius - tercatat pada tanggal 5 September di Montoro, dekat Córdoba, suhu mencapai 35 derajat C pada akhir pekan ini.
Pemantau iklim Uni Eropa (UE) mengatakan pada awal September bahwa suhu global pada musim panas di belahan bumi utara merupakan suhu terpanas yang pernah tercatat. Layanan Perubahan Iklim Copernicus juga memperkirakan tahun 2023 akan menjadi tahun terpanas yang pernah dialami umat manusia.
Para ilmuwan mengatakan perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia mendorong suhu global menjadi lebih tinggi, dengan pemanasan dunia sekitar 1,2 derajat Celcius dibandingkan suhu pada masa pra-industri. Gangguan terhadap sistem iklim bumi membuat kejadian cuaca ekstrem seperti gelombang panas, kekeringan, kebakaran hutan, dan badai menjadi lebih sering dan intens.
Berne dari Météo-France mengatakan gelombang panas juga terjadi di luar bulan-bulan musim panas yang biasanya terjadi pada bulan Juli dan Agustus. "Kami melihatnya di musim semi dan September, bahkan Oktober, seperti yang dicontohkan oleh Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPPC)," katanya.
(luc/luc)