
BMKG Ingatkan Ombak Tsunami Raksasa Intai Wilayah Jawa Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati kembali mengingatkan ancaman potensi megathrust selatan Jawa.
Dia mengatakan, tsunami dan gempa bumi merupakan 2 fenomena alam yang sulit diprediksi secara akurat. Untuk itu, kata dia, perlu menekankan pentingnya aspek urgensi persiapan.
BMKG sendiri, kata dia, tengah melakukan upaya maksimal untuk meningkatkan tingkat akurasi prediksi gempa bumi hingga mencapai 90%. Hal itu disampaikan dalam keterangan di situs resmi BMKG, terkait pelaksanaan Sekolah Lapang Gempa bumi dan Tsunami (SLG) tahun 2023 di beberapa lokasi, salah satunya di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.
"Kabupaten Kebumen merupakan salah satu zona potensi gempa dan tsunami di Indonesia karena posisinya yang berhadapan langsung dengan zona megathrust selatan Jawa yang memiliki potensi magnitude maksimum M 8,7," katanya dikutip Senin (2/10/2023).
"Sumber gempa megathrust ini berada di zona subduksi yang merupakan tumbukan antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasi di dasar laut Samudra Hindia selatan Kebumen," jelas Dwikorita.
Dia mengungkapkan, Pemodelan Penjalaran Gelombang Tsunami akibat gempa dengan skenario tersebut diperkirakan mencapai 14-18 meter di Kabupaten Kebumen. Dengan waktu tiba di pesisir pantai sekitar 38-46 menit.
Selain itu, dia menambahkan, dampak guncangan akibat gempa tersebut diperkirakan mencapai VII-VIII MMI, yang berarti merupakan guncangan yang kuat hingga sangat kuat dan dapat mengakibatkan kerusakan sedang hingga berat.
Untuk itu, kata Dwikorita, Pemerintah Daerah disepanjang selatan Jawa harus terus meningkatkan kesiagaan menghadapi kemungkinan terjadinya gempa bumi dan tsunami. Mulai dari penyediaan, penambahan, dan perbaikan jalur-jalur evakuasi, sebagai upaya mengantisipasi kemungkinan terburuk.
Di saat bersamaan, dia mengatakan, BMKG akan terus menggencarkan pelaksanaan sekolah lapang gempa bumi dan tsunami (SLG) di seluruh penjuru Indonesia. Sebab, katanya, gempa bumi dan tsunami mengintai banyak wilayah pesisir Indonesia. Sehingga, risikonya harus diminimalkan dengan meningkatkan literasi kebencanaan masyarakat.
"Literasi kebencanaan masyarakat harus diperkuat. Terlebih di era disrupsi informasi seperti sekarang ini banyak sekali disinformasi maupun berita bohong yang beredar di tengah masyarakat dan menimbulkan keresahan juga kepanikan," pungkas Dwikorita.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BMKG Hitung Waktu Tsunami Hantam Selatan Jawa Efek Megathrust