
Jokowi Tak Main-main: Sekarang Situasinya Ngeri Sekali!

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk kesekian kalinya mengingatkan situasi berat yang dialami banyak negara saat ini. Semua panik dan khawatir, karena dampaknya yang akan dirasakan sangat luar biasa, termasuk bagi Indonesia.
Kali ini disampaikan Jokowi ketika memberikan pidato pada Rapat Kerja Nasional ke-4 PDI Perjuangan di Jiexpo Kemayoran, Jakarta, pada akhir pekan lalu. Turut hadir Presiden RI ke-5 sekaligus Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri, Calon Presiden Ganjar Pranowo dan sederet tokoh lainnya.
"Ngeri sekali kalau melihat cerita semua negara sekarang," kata Jokowi.
Persoalan ini sebenarnya bermula selepas pandemi covid-19. Harga barang, termasuk pangan melonjak akibat permintaan yang meningkat seiring dengan berakhirnya pandemi dan mobilitas masyarakat kembali normal. Baik produsen maupun transportasi tidak mampu memenuhi kebutuhan tersebut.
Masalah bertambah, ketika perang Rusia dan Ukraina pecah pada awal 2022. Dua negara sebagai pemasok gandum terbesar dunia membuat banyak negara ketar ketir, karena akan kekurangan sumber pangan. Ini masih terjadi hingga kini mengingat perang juga tak kunjung usai.
Lebih berat dari kedua hal itu adalah perubahan iklim yang kini melanda dunia. Gelombang panas hingga kemarau panjang membuat kekeringan terjadi di mana-mana. Sampai banyak negara menghentikan ekspor produk pangan demi memenuhi kebutuhan pangan dalam negerinya.
"Rem semua, tidak ekspor pangannya. Gandum sudah, beras sudah, gula sudah semuanya ngerem semuanya," tegas Jokowi.
Perubahan iklim menurutnya juga sangat dirasakan oleh masyarakat, ditandai dengan efek el nino yang menyebabkan gagal tanam di 7 provinsi di Indonesia. Akibatnya, Indonesia kini juga tengah mengalami gagal panen dan mempengaruhi pasokan komoditas pangan.
"Kenaikan suhu bumi, kekeringan di mana-mana, kemarau panjang, sehingga menyebabkan gagal tanam yang menyebabkan gagal panen dan super el nino yang ada di 7 provinsi negara kita juga mempengaruhi pasokan pangan pada rakyat kita," ucap Jokowi.
Adapun dampak konflik Ukraina dan Rusia, menurutnya juga memperburuk pasokan pangan tersebut, terutama dari sisi pasokan gandum, karena dua negara itu merupakan produsen utama. Ia mengaku sudah bertemu kedua pimpinan negara itu dan menyatakan memang ekspor gandum terhenti saat ini karena tak amannya jalur perdagangan di wilayahnya.
Saat bertemu dengan Presiden Ukraine Volodymyr Zelenskyy, Jokowi mengaku diinformasikan langsung olehnya bahwa setidaknya ada 77 juta ton gandum asal Ukraina yang tak bisa di ekspor. Sedangkan saat bertemua dengan Presiden Rusia Vladimir Putin ia mengaku dikabari ada 130 juta ton gandum yang tak bisa diekspor.
"Artinya, total dari dua negara itu yang tidak bisa keluar gandumnya, 207 juta ton, sehingga yang terjadi adalah di Afrika, di Asia, maupun Eropa sendiri kekurangan pangan. Itu betul-betul nyata dan terjadi," tegas Jokowi.
Parahnya, ia melanjutkan, Indonesia merupakan negara importir gandum yang membutuhkan setidaknya 11 juta ton per tahun dan 30% kebutuhan impor itu didatangkan langsung dari Ukraina dan Rusia. Maka, ia mengatakan, kenaikan harga produk pangan pun otomatis terjadi.
"Harga yang naik drastis dan bahkan kemarin saya membaca di sebuah berita di satu negara maju di Eropa anak-anak sekolah banyak yang sudah tidak sarapan pagi, yang biasanya sarapan pagi sekarang sudah tidak sarapan pagi, karena kekurangan bahan pangan, karena mahalnya bahan pangan," ungkap Jokowi.
Tidak adanya ekspor untuk produk pangan lain selain gandum dari negara-negara produsen utamanya, seperti beras dan gula, menurut Jokowi juga menjadi salah satu sebab naiknya harga komoditas pangan itu di berbagai dunia, termasuk Indonesia.
"Tadi pagi saya baca bukan 19 lagi tapi 22 negara sekarang tidak mau ekspor bahan pangannya termasuk di dalamnya adalah beras. ada Uganda, Rusia, India, Bangladesh, Pakistan dan Myanmar terakhir juga akan masuk tidak ekspor lagi bahan pangannya," tuturnya.
"Betapa nanti kalau ini diteruskan semua harga bahan pokok pangan akan naik," tegas Jokowi.
Oleh sebab itu, ia menekankan, pemerintah Indonesia saat ini akan memfokuskan kebijakan untuk memperkuat kedaulatan pangan. Menurutnya, dalam menyiapkan kedaulatan pangan itu tidak bisa sebentar, karenanya pada 5-10 tahun ke depan harus ada rencana strategis kongkrit dari pemimpin bangsa ke depan penggantinya.
"Tadi saya bisik-bisik ke beliau (Ganjar Pranowo), pak nanti habis dilantik besoknya langsung masuk ke kedaulatan pangan, enggak usah lama-lama perencanaannya, disiapkan dari sekarang, begitu dilantik besok langsung kerja ke kedaulatan pangan," ucap Jokowi.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Berulang Sebut Hati-hati, Malapetaka Ini Ditakutkan Jokowi!
