
Saat Presiden Jokowi Ngeri Krisis Pangan Sudah di Depan Mata

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo berujar dampak perubahan iklim saat ini semakin nyata. Dampak itu dapat dirasakan seantero bumi, termasuk Indonesia.
"Hati-hati, hati-hati, ancaman perubahan iklim sudah nyata dan sudah kita rasakan, dirasakan semua negara di dunia," kata Jokowi dalam Festival Lingkungan, Iklim, Kehutanan dan Energi Baru Terbarukan (LIKE) di Gelora Bung Karno, Jakarta, beberapa waktu lalu dikutip pada Minggu (1/10/2023).
Jokowi mengatakan perubahan Iklim menyebabkan suhu bumi semakin panas. Akibatnya, kekeringan terjadi di mana-mana. "Suhu bumi semakin panas cuaca juga semakin panas kekeringan ada di mana-mana bukan hanya di Indonesia saja," ujar dia.
Kekeringan itu, kata Jokowi, telah memicu berbagai krisi, salah satunya pangan. Banyak negara, kata dia, kini kesulitan memperoleh makanan yang berasal dari produksi dalam negeri ataupun impor. Beberapa komoditas yang disebut Jokowi mengalami kelangkaan diantaranya gandum dan beras.
"Akhirnya ada krisis pangan, beberapa negara kekurangan pangan baik itu gandum, beras," ujarnya.
Jokowi mengatakan persoalan makanan menjadi semakin rumit, sebab sejumlah negara menyetop impor untuk mengamankan cadangan makanannya. Dia mengatakan 19 negara sudah mengambil keputusan ini. Berhentinya ekspor ini, kata dia, membuat harga beras termasuk di Indonesia meningkat.
"Yang biasanya negara-negara itu mengekspor berasnya 19 negara sekarang sudah setop ngerem ekspornya, tidak diekspor lagi sehingga banyak negara yang harga berasnya naik termasuk di Indonesia sedikit naik," terang Jokowi.
Jokowi kembali mengungkapkan kengeriannya terhadap kondisi stok pangan dunia dalam acara Rapat Kerja Nasional DPP PDIP di Jakarta International Expo, Jakarta Pusat, Jumat lalu. Mantan Wali Kota Solo itu mengaku ngeri melihat fenomena beberapa negara membatasi hingga melarang ekspor produksi pangannya.
"Ngeri sekali kalau melihat cerita semua negara sekarang rem semua tidak ekspor pangannya. Gandum sudah, beras sudah, gula sudah. Semuanya ngerem!" kata Jokowi.
Dengan adanya fenomena ini, Jokowi berharap pemerintahan kelak mendorong adanya swasembada pangan agar Indonesia benar-benar memiliki kedaulatan pangan. Oleh sebab itu, 5 tahun hingga 10 tahun ke depan, visi taktis itu harus dimiliki Indonesia. "Bukan visi misi yang terlalu bagus di awang-awang tapi visi taktis rencana kerja detil harus kita miliki," kata dia.
Dari catatan yang dikumpulkan CNBC Indonesia, negara-negara dunia yang mulai membatasi dan melarang ekspor pangan. India melarang ekspor gandum dalam upaya untuk menurunkan harga lokal, beberapa hari setelah mengatakan pihaknya menargetkan pengiriman rekor tahun ini. Pasar gandum global melonjak menyusul berita tersebut.
Kemudian, Hungaria melarang semua ekspor biji-bijian. Serbia membatasi jumlah gandum, jagung, tepung dan minyak goreng yang akan diekspor. Bulgaria mengatakan akan meningkatkan cadangan biji-bijian dan mungkin membatasi ekspor.
Argentina juga membatasi volume jagung dan gandum yang dapat diekspor dalam upaya untuk mencegah kekurangan biji-bijian domestik dan menekan kenaikan nilai pangan di negara tersebut. Keputusan tersebut mengirim harga jagung AS ke level tertinggi dalam 6-1/2 tahun.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Amankan RI dari Krisis Pangan, Segini Dana Dihabiskan Jokowi!