Parah! New York Kebanjiran, Kereta Bawah Tanah Mati Total
Jakarta, CNBC Indonesia - Banjir bandang melanda New York, Amerika Serikat (AS) pada Jumat (29/9/2023) waktu setempat, setelah hujan deras mengguyur kota itu selama seminggu penuh. Karenanya, layanan kereta bawah tanah terganggu, apartemen lantai dasar tergenang, dan beberapa jalan menjadi 'danau kecil'.
Gubernur New York Kathy Hochul telah mengumumkan keadaan darurat resmi untuk kota berpenduduk 8,5 juta jiwa dan daerah pinggiran kota yang padat penduduknya itu.
Layanan Cuaca Nasional memperingatkan adanya banjir hingga Jumat malam waktu setempat dengan curah hujan sebanyak 5,1 cm per jam. Dikatakan bahwa total akumulasi pada hari Jumat bisa mencapai 18 cm, memperingatkan akan adanya banjir bandang di daerah perkotaan dan drainase yang buruk.
Di kereta bawah tanah New York yang merupakan salah satu sistem terbesar di dunia dengan 420 stasiun dan lebih dari 30 jalur, air mengalir menuruni tangga dan melalui langit-langit beberapa stasiun. Beberapa jalur dihentikan seluruhnya, dan banyak stasiun ditutup.
Air banjir membuat kendaraan terdampar di jalan-jalan dan membanjiri stasiun kereta bawah tanah, sehingga mengganggu perjalanan jutaan penumpang. Sementara itu, beberapa rute bus melambat hingga membuat penumpang terjebak selama berjam-jam.
Di Grand Central Terminal, di jantung kota Manhattan, Sue Evangelista, seorang pensiunan berusia 63 tahun, menunggu lima jam sampai subway membawa dia dan suaminya ke Connecticut. Namun kereta tersebut dibatalkan, menyebabkan mereka dan ribuan orang lainnya terdampar di pinggiran kota.
Sementara itu, Walikota New York City Eric Adams telah mendesak masyarakat untuk tidak keluar rumah karena jalan-jalan diblokir dan stasiun kereta bawah tanah kebanjiran.
"Jika Anda di rumah, tetaplah di rumah. Jika Anda sedang bekerja atau sekolah, berlindunglah di tempat untuk saat ini, beberapa kereta bawah tanah kami kebanjiran dan sangat sulit untuk bergerak di sekitar kota," katanya, dikutip dari Channel News Asia, Sabtu (30/9/2023).
Banyak warga yang mengeluhkan kurangnya antisipasi dari pemerintah terhadap bencana yang melanda kota ini secara tahunan. Namun, Komisaris Perlindungan Lingkungan New York, Rohit Aggarwala Overall mengatakan bahwa pemanasan global telah berkembang lebih cepat daripada yang dapat dilakukan oleh kota tersebut.
"Perubahan pola cuaca ini adalah akibat dari perubahan iklim. Dan kenyataan yang menyedihkan adalah iklim kita berubah lebih cepat daripada yang dapat direspon oleh infrastruktur kita," kata Overall.
Hujan tersebut merupakan salah satu bulan September terbasah yang pernah tercatat di New York, dengan curah hujan sebesar 34,9 sentimeter pada bulan tersebut mulai pukul 11 pagi pada hari Jumat, dan masih banyak lagi yang akan turun, kata Dominic Ramunni, peramal cuaca dari Layanan Cuaca Nasional. Ketinggian tertinggi sepanjang masa terjadi pada tahun 1882 ketika ketinggian 42,72 cm turun pada bulan September.
"Saya tidak tahu apakah kami akan memecahkan rekor tersebut, tapi kami akan mendekatinya," kata Ramunni.
Adapun banjir bandang hari Jumat terjadi setelah hujan lebat dan angin kencang akhir pekan lalu akibat sisa-sisa Badai Tropis Ophelia. Badai tersebut merendam Kota New York dan menyebabkan pemadaman listrik yang meluas di North Carolina, Virginia, Pennsylvania, dan New Jersey.
(haa/haa)