
Luhut Ungkap 3 Negara Tertarik Bangun LRT di Bali, Ada China!

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordiantor Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengklaim bahwa ada beberapa negara yang sudah menyatakan minatnya untuk berinvestasi pada projek Light Rail Transit (LRT) di Bali. Dominasi negara peminat berasal dari Asia Timur yang sudah berpengalaman dalam membangun proyek kereta cepat, yakni China, Jepang, serta Korea Selatan.
"Pendanaan tidak menjadi isu, yang menjadi isu adalah saat ini studi kita tawarkan pada negara yang mau cepat melakukan investasi dan juga dilakukan dengan cepat dan teknologi transfer," kata Luhut pada pembukaan Hub Space X KAI Expo di JCC Senayan, Jakarta, Jumat (29/9/23).
Beberapa persyaratan itu menjadi pertimbangan pemerintah dalam memilih negara mana yang akan dikerjasamakan. Apalagi, butuh dana yang tidak sedikit dalam membangun proyek ini karena sifat projek yang berada di bawah tanah (underground). Sementara itu untuk trase atau rute LRT di Bali adalah dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai menuju Seminyak dan diteruskan hingga kawasan Canggu.
"LRT Bali akan underground, akan dibuat dari bandara sampai ke Seminyak dan Canggu karena karena di 2025 penumpang bisa 24 juta orang sampai Bali," sebut Luhut.
Urgensi pembangunan proyek ini pun dirasa makin besar jika melihat fenomena kemacetan yang terjadi di Bali, utamanya di pusat pariwisata.
![]() Penumpang menunggu kedatangan LRT Jabodebek di Stasiun Dukuh Atas, Jakarta, Senin (28/8/2023). LRT Jabodebek yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo beberapa jam lalu mulai bisa digunakan oleh warga sebagai moda transportasi umum baru. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman) |
"Perhitungan kita stuck 3 jam kalau kita tidak dibangun-bangun," ucap Luhut.
Sebelumnya, Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Bappenas Ervan Maksum mengatakan pembangunan LRT di Bali sangat penting terutama untuk mempersingkat waktu tempuh dari dan Bandara Ngurah Rai. Dari rencana Bappenas, LRT di Bali akan dibangun di bawah tanah.
Menurut Ervan yang bakal jadi masalah adalah pembiayaan untuk pembangunannya. Menurut Ervan, pembangunan LRT di bawah tanah biayanya bisa sampai 3 kali lipat daripada pembangunan jalur LRT sejajar dengan jalan ataupun dibangun layang. Dia memaparkan untuk 4,9 kilometer jalur LRT bawah tanah saja butuh biaya sampai Rp 5 triliunan.
"Nah kalau ke bawah itu bisa 3 kali harga kalau di atas. Misalnya dari Bandara Ngurah Rai ke Kuta itu Rp 5 triliun, padahal nggak sampai 4,9 kilometer pak. Karena lewat bawah mahal sekali," ungkap Ervan.
Dalam bahan paparan yang diperlihatkan Ervan, terlihat rencana besarnya LRT Bali mau dibangun sepanjang 5,3 km, menghubungkan Bandara Ngurah Rai ke Kuta Central Park kemudian berlanjut rutenya ke Seminyak.
Kebutuhan investasinya sendiri ditulis sebesar US$ 592,28 juta. Bila dikonversikan ke kurs terkini jumlahnya sekitar Rp 9,10 triliun (kurs Rp 15.370). Bila dihitung per kilometernya jumlahnya kira-kira Rp 1,71 triliun.
(fys/wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Proyek LRT di Bali Mulai Dibangun 2024, Ini Rutenya
