
BMKG Lagi-Lagi Kasih Peringatan, Petani Diminta Waspada!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, perubahan iklim menyebabkan suhu di semua negara semakin memanas. Kondisi ini, kata dia, berakibat buruk terhadap hasil produksi pertanian.
"Ketakutan masyarakat dunia bukan lagi tentang pandemi, tapi perubahan iklim yang tidak mengenal sektor apa pun," katanya dalam keterangan tertulis di situs resmi, dikutip Jumat (29/9/2023).
Perubahan iklim, lanjutnya, juga memicu kondisi iklim yang semakin ekstrem dan penurunan pasokan air. Akibatnya, pertumbuhan hasil pangan terhambat, baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
"Sektor pertanian sangat berhubungan erat dengan keadaan cuaca dan iklim. Dampak buruk kejadian ekstrem cuaca/iklim dapat mengakibatkan penurunan produksi secara kuantitas maupun kualitasnya," katanya.
"Selain itu, berkembangnya hama penyakit disebabkan tidak berjalannya pola tanam yang baik, yang kemudian dapat mengancam ketahanan pangan nasional. Kejadian iklim ekstrem berupa banjir dan kekeringan menyebabkan tanaman yang mengalami gagal panen atau puso semakin luas," lanjut Dwikorita.
Karena itu, dia berharap petani sigap dan siaga menghadapi perubahan iklim. Termasuk dengan menghindari merusak lahan dan lereng, meminimalkan penggalian yang rentan menimbulkan longsor, serta penambahan penggunaan aplikasi Smart Framing untuk mendapatkan informasi terkait cuaca dan iklim. Dengan begitu, imbuhnya, penanggulangan mitigasi perubahan iklim dapat dilakukan dengan baik.
Dwikorita mencontohkan, pranoto mongso atau ilmu titen yang digunakan untuk menentukan kapan harus tanam dan panen, harus diupdate dengan menyertakan penggunaan teknologi.
"Dengan begitu, petani bisa terhindar dari risiko terburuk gagal panen akibat dampak cuaca ekstrem," katanya.
"Dengan tahu lebih dini, petani dapat segera menyusun rencana tanam, mulai dari penyesuaian waktu tanam, jenis tanaman yang tepat apa dan kapan harus ditanam, kapan harus menunda tanam, kapan harus memanen, pengelolaan air, apa saja yang harus disiapkan agar tidak mengalami gagal panen, dan lain sebagainya," tambahnya.
![]() Sekolah Lapang Iklim BMKG. (Dok. Humas BMKG) |
Untuk itu, kata Dwikorita, BMKG menggelar Sekolah Lapang Iklim (SLI) di seluruh penjuru Indonesia. Untuk mengajar dan melatih agar petani lebih terampil memahami strategi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di lingkungan wilayahnya, guna memperkuat ketahanan pangan Indonesia.
"Insya Allah dengan terjaganya ketahanan pangan, Indonesia bisa terhindar dari ancaman krisis pangan global sebagai akibat dari derasnya laju perubahan iklim," katanya saat pembukaan SLI operasional yang digelar di Desa Widodomartani, Kapanewon Ngemplak, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (27/9/2023).
Selain itu, Dwikorita meminta petani membersihkan saluran air agar dapat menampung pasokan air yang cukup untuk pertanian.
"Pada fase kering yang terjadi saat ini, mari membersikan saluran-saluran drainase agar nanti hujan, air mengalir dengan lancar sehingga dapat menampung jumlah pasokan air yang cukup untuk pertanian," pungkasnya.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BMKG Ramal 27 Tahun Lagi Warga Bumi Gak Bisa Makan
