Internasional

Ekonomi Rusia Diramal Positif, Sanksi AS Cs Kurang Manjur

luc, CNBC Indonesia
Rabu, 27/09/2023 14:30 WIB
Foto: Presiden Rusia, Vladimir Putin (Alexei Nikolsky, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Eropa untuk Rekonstruksi dan Pembangunan (EBRD) memproyeksikan ekonomi Rusia akan tumbuh pada 2023 berkat kenaikan harga minyak. Prediksi itu berubah setelah sebelumnya lembaga itu memperkirakan adanya kontraksi pada awal tahun ini.

EBRD memperkirakan pertumbuhan sebesar 1,5% setelah memperkirakan kontraksi sebesar 1,5% dalam perkiraan yang dibuat pada bulan Mei.

"Prospek tahun 2024 akan sangat bergantung pada bagaimana perang terhadap Ukraina dan sanksi ekonomi terkait berkembang. Pada tahap ini, pertumbuhan diproyeksikan sebesar 1%," kata bank tersebut, dilansir AFP, Rabu (27/9/2023).


Bank tersebut menjelaskan bahwa pada Mei pihaknya memperkirakan sanksi Barat terhadap Rusia, khususnya pembatasan harga ekspor minyaknya, "akan lebih efektif dalam menghambat" pertumbuhan negara tersebut.

"Tetapi pendapatan minyak didukung oleh kenaikan harga minyak dan kemampuan Rusia untuk mengimbangi dampak pembatasan tersebut dengan mengekspor ke pasar baru," katanya.

EBRD menyebut negara-negara tersebut adalah China dan India, dan menambahkan bahwa "aktivitas ekonomi Rusia tetap kuat - khususnya konsumsi rumah tangga dan pengeluaran pemerintah dalam konflik yang sedang berlangsung".

Sementara itu, Bank sentral Rusia memperkirakan perekonomian negaranya akan tumbuh 1,5%-2,5% tahun ini dan antara 0,5%-1,5% pada 2024 ketika Moskow bergulat dengan kekurangan tenaga kerja, sanksi, dan rendahnya pendapatan ekspor.

EBRD menambahkan bahwa pihaknya memperkirakan perekonomian Ukraina akan tumbuh 1% tahun ini "didukung oleh lebih banyak bisnis yang melanjutkan operasinya dan meningkatkan pasokan energi".

Mereka memperkirakan pertumbuhan sebesar 3% pada tahun 2024, "dengan asumsi bahwa perang terus berlanjut dengan intensitas seperti saat ini". Kedua perkiraan tersebut tidak berubah dari Mei.

Adapun, EBRD didirikan pada 1991 untuk membantu negara-negara bekas blok Soviet menerapkan ekonomi pasar bebas. Namun, sejak itu EBRD telah memperluas jangkauannya ke Timur Tengah dan Afrika Utara.

Bank tersebut mengatakan pertumbuhan di wilayahnya akan meningkat rata-rata 2,4% pada tahun ini sebelum mempercepat laju menjadi sebesar 3,2% pada tahun 2024 seiring dengan makin menurunnya inflasi.

"Ekonom kami melihat pola pertumbuhan yang berbeda antar wilayah EBRD," kata kepala ekonom EBRD Beata Javorcik.

"Pertumbuhan ekonomi yang kuat di Asia Tengah dan lemahnya kinerja ekonomi di Eropa Tengah dan negara-negara Baltik mencerminkan perbedaan konsekuensi harga energi, inflasi, dan perubahan pola perdagangan."


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: AS-Rusia Pimpin Nuklir Dunia, Asia Mulai Ngebut