Harga Minyak Nyaris US$ 100, BBM RI Masih Disubsidi

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Selasa, 26/09/2023 17:20 WIB
Foto: Sejumlah kendaraan antre untuk mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi di SPBU kawasan Jakarta, Rabu (1/3/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Keuangan masih terus mewaspadai pengaruh dari adanya kenaikan harga minyak mentah dunia terhadap inflasi di dalam negeri. Pasalnya, kenaikan ini mendorong pada peningkatan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) domestik, khususnya yang non subsidi.

Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro (PKEM) Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Abdurohman tak menampik kenaikan harga minyak mentah saat ini akan berpotensi mendorong naiknya harga BBM non subsidi.

Namun, pemerintah memastikan harga BBM bersubsidi seperti Solar subsidi dan BBM Khusus Penugasan atau Pertalite (RON 90) tidak naik. Sejak 3 September 2022 lalu, harga BBM bersubsidi untuk Solar dibanderol Rp 6.800 per liter dan Pertalite Rp 10.000 per liter.


Meski harga BBM non subsidi setiap bulan ada perubahan, namun tidak dengan harga BBM subsidi tersebut.

"Untuk yang BBM subsidi ini sebagaimana sering disampaikan Bu Menteri bahwa APBN itu perannya sangat vital sebagai absorber melalui subsidi dan kompensasi," kata dia dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, Selasa (26/9/2023).

Menurut dia, kebijakan tersebut tentunya cukup berbeda apabila dibandingkan dengan negara-negara maju yang tidak menganut pada mekanisme subsidi. Namun, untuk menekan laju inflasi, mereka biasanya menggunakan kebijakan suku bunga.

"Mereka gak punya (subsidi), tekanan inflasi lebih banyak diredam oleh kebijakan suku bunga," kata dia.

Seperti diketahui, harga minyak dunia kini sudah merangkak naik di atas US$ 90 per barel. Mengutip data Refinitiv, pada perdagangan Selasa (26/09/2023), harga minyak Brent US$ 93,21 per barel, sementara harga WTI US$ 89,67 per barel.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Iran-Israel Memanas, RI Hadapi Risiko Kenaikan Harga Minyak