Lapor Pak Jokowi! China Mulai Bikin Deg-degan, RI Bahaya
Jakarta, CNBC Indonesia - China dalam situasi yang tidak baik-baik saja. Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) harus menyiapkan antisipasi agar Indonesia tidak terkena dampak yang terlalu parah.
Hal ini mengingat China merupakan mitra dagang utama Indonesia. Ketika ekonominya alami pelemahan, maka permintaan akan barang dari Indonesia akan turun sehingga berpengaruh terhadap produksi manufaktur di dalam negeri.
"China memang partner dagang utama kita. 20% ekspor kita ke China," kata Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro (PKEM) Abdurohman dalam diskusi Kupas Asumsi Makro APBN 2024 di Puncak, Bogor, Jawa Barat, Senin (25/9/2023).
Ekonomi China hingga kuartal II-2023 masih berhasil tumbuh positif, namun berada di bawah ekspektasi pasar. Ke depan negeri tirai bambu tersebut akan alami banyak tekanan sehingga alami pelemahan signifikan. Hingga akhir tahun beberapa ekonomi memperkirakan ekonomi China tumbuh hanya 4%.
Menurut Abdurohman, PMI manufaktur China masih naik tapi dari sisi jasa alami penurunan. Permintaan China terhadap produk global alami kontraksi. Begitu juga dengan permintaan dari dalam negeri. "Kombinasi dari faktor demand dan supply di Tiongkok ya yang jadi masalah," paparnya.
Tekanan dalam jangka panjang, berkaitan dengan persoalan struktural di China. Pertama adalah krisis sektor properti yang dipicu oleh Evergrande. Hal ini berpengaruh besar bagi industri properti dan keuangan.
Selanjutnya konflik dengan Amerika Serikat (AS). Pemerintah Amerika Serikat akan menerbitkan aturan khusus yang ditujukan untuk menghambat pemberian subsidi bagi manufaktur semikonduktor China dan negara-negara lain yang dianggap menimbulkan masalah keamanan nasional Amerika.
Aturan itu diterbitkan oleh Departemen Perdagangan AS sebelum pemerintahan Biden dapat mulai memberikan subsidi sebesar US$ $39 miliar atau setara Rp 598,92 triliun untuk produksi semikonduktor. Pemberian subsidi itu sendiri merupakan bagian dari ketentuan dalam undang-undang bertajuk "Chips dan Sains" yang menyediakan US$52,7 miliar untuk produksi semikonduktor, penelitian, dan pengembangan tenaga kerja AS.
"Kalau kita lihat FDI ke China turun sangat dalam terutama pertengahan tahun lalu dan semester I tahun ini, jadi ini menggambarkan China akan mengalami tekanan sangat berat," ujarnya.
Masalah berat lainnya adalah demografi. Abdurohman menjelaskan bahwa orang di China kini diisi oleh orang berusia tua. Pada kelompok muda pengangguran juga menjamur. Maka dari itu sulit bagi pemerintahan Xi Jinping untuk menggenjot konsumsi rumah tangga.
"Jadi kombinasi antara proporsi usia muda yang terus turun dan pengangguran tinggi yang menyebabkan dalam jangka menengah panjang konsumis akan terus tertekan. Jadi emang agak berat untuk mendorong ekonomi di China," pungkasnya.
(mij/mij)