Batu Bara Tetap Jadi Primadona, Pengusaha Ungkap Alasannya

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
Selasa, 26/09/2023 14:00 WIB
Foto: Kapal tongkang Batu Bara (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Komoditas batu bara diyakini masih tetap menjadi primadona dalam 10-20 tahun ke depan meskipun ada transisi energi.

Direktur PT Samindo Resources Tbk (MYOH) Gilbert Markus Nisahpih menjelaskan, batu bara masih menjadi primadona dalam dua dekade mendatang karena perkembangan energi baru terbarukan di dalam negeri masih berjalan lambat, bahkan masih jauh dari target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23% pada 2025.

Dengan begitu, pihaknya menilai batu bara masih akan menjadi primadona hingga 20 tahun mendatang.


"Kenyataannya energi terbarukannya itu belum memenuhi target pemerintah 23% saja di tahun 2025. Mungkin 15% saja pun tidak akan tercapai. Jadi bagaimanapun menurut saya, batu bara masih akan menjadi primadona bahkan sampai 10-20 tahun ke depan," jelasnya kepada CNBC Indonesia dalam program Sustainable Future, dikutip Selasa (26/9/2023).

Selain lambatnya perkembangan energi baru terbarukan, menurutnya batu bara masih menjadi primadona karena pengaruh harga. Dia mengatakan bahwa harga energi batu bara masih jauh lebih murah dibandingkan dengan energi lainnya, termasuk energi baru terbarukan (EBT).

"Kita harus lihat itu dulu. Batu bara itu masih US$ 3-4 sen per kWh, (energi) yang lain masih di atas US$ 5 sen. Apalagi geothermal (panas bumi), masih US$ 12 sen per kWh," tuturnya.

Selain itu, dia menilai alasan lain yang membuat batu bara masih akan menjadi primadona sumber energi di Indonesia adalah karena pertambangan batu bara saat ini sudah mengaplikasikan aspek ESG atau Environmental, Social, Governance (ESG), sehingga pertambangan batu bara dinilai sudah mengedepankan kegiatan pembangunan, investasi, atau bisnis yang berkelanjutan.

"Jadi penggunaan Solar kita tekan, kita melakukan efisiensi dengan pemasangan alat-alat tertentu supaya Solarnya lebih hemat. Kemudian, kita review lagi penggunaan-penggunaan pompa di tambang," tandasnya.

Untuk diketahui, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, mayoritas bauran energi primer pembangkit listrik di Indonesia masih berasal dari batu bara. Persentasenya tercatat sebesar 67,21% pada 2022.

Bauran energi primer pembangkit listrik dari batu bara terpantau mengalami kenaikan pada tahun lalu. Hal itu seiring dengan kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga uap yang naik menjadi 42,1 Giga Watt (GW).

Bauran energi primer pembangkit listrik terbesar kedua berasal dari gas. Proporsinya tercatat sebesar 15,96% pada tahun lalu.

Kemudian, bauran energi baru terbarukan (EBT) baru mencapai 14,11% pada 2022. Persentasenya mengalami kenaikan dibandingkan pada 2021 yang sebesar 13,65%.

Meski ada komitmen mengakselerasi pemanfaatan energi terbarukan, masih ada perbedaan persepsi dan prioritas berbagai pembuat kebijakan tentang bagaimana proses transisi dilakukan.

Meski demikian, di sisi lain batu bara disebut bisa berperan dalam transisi energi dan meningkatkan energi ramah lingkungan.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bangun PLTA di Sulawesi - Sumatra, Ini Sumber Dana Kalla Group