Studi Terbaru: Obat Covid Ini Buat Mutasi Virus, Bisa Menular
Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah studi terbaru dirilis di Amerika Serikat (AS). Ini terkait pil antivirus Covid-19 yang dikeluarkan perusahaan farmasi raksasa Merck.
Dikatakan obat tersebut menyebabkan mutasi pada virus yang mampu menyebar ke orang lain. Bahkan diduga bisa mempercepat evolusi Covid.
Obat yang dimaksud adalah pil antivirus molnupiravir. Sebelumnya Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) telah memberikan izin penggunaan di 2021 karena terbukti mengurangi rawat inap dan kematian sekitar 30% dalam uji klinis individu berisiko tinggi di awal perjalanan penyakit.
"Molnupiravir bekerja dengan cara menyebabkan mutasi pada informasi genetik Covid, yang melemahkan atau menghancurkan virus dan mengurangi jumlah Covid di dalam tubuh," muat CNBC International mengutip laman penelitian, Selasa (26/9/2023).
"Namun, penelitian yang diterbitkan Senin di jurnal ilmiah Nature menemukan bahwa Covid terkadang dapat bertahan dari pengobatan molnupiravir, yang menyebabkan versi virus yang bermutasi kemudian menyebar ke pasien lain," jelas laman itu lagi.
Sebenarnya penelitian dilakukan di AS dan Inggris. Ada 15 juta genom Covid yang diteliti, yang dikaitkan dengan dari mana dan kapan mutasi muncul.
"Mereka menemukan bahwa mutasi meningkat pada tahun 2022 setelah molnupiravir diperkenalkan di banyak negara," muat CNBC International lagi.
Namun ini tak berlaku bagi bagi obat Covid serupa yang dikeluarkan produsen lain. Salah satunya Lagervrio.
Meski begitu, peneliti utama studi tersebut Theo Sanderson yang juga peneliti di Francis Crick Institute di London meminta regulator terus menilai risiko penggunaan molnupiravir. Ini pun termasuk manfaatnya.
"Temuan ini mungkin meningkatkan pengawasan terhadap manfaat pengobatan molnupiravir, yang merupakan salah satu obat Covid pertama yang tersedia bagi dokter di seluruh dunia selama pandemi," katanya.
Sementara itu, juru bicara Merck menolak studi itu. Ia mengklaim bahwa para peneliti yang berasumsi mutasi terkait pasien yang diobati dengan molnupiravir memaparkan sesuatu "tanpa bukti terdokumentasi".
"Sebaliknya, para penulis mengandalkan hubungan tidak langsung antara wilayah tempat rangkaian kejadian tersebut diidentifikasi dan jangka waktu pengumpulan rangkaian di negara-negara di mana molnupiravir tersedia untuk menarik kesimpulan mereka," katanya.
"Genom yang mengalami mutasi jarang terjadi dan dikaitkan dengan kasus sporadis," tegasnya.
Sebelumnya, perusahaan juga membantah penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti yang sama, yang menyatakan bahwa molnupiravir menimbulkan mutasi virus baru pada beberapa pasien di Februari. Berdasarkan data pada saat itu, juru bicara Merck mengatakan pihaknya tidak yakin molnupiravir kemungkinan berkontribusi terhadap mutasi Covid.
Sebenarnya studi baru ini muncul ketika Covid sekali lagi menunjukan peningkatan kasus di AS. Ini terutama didorong oleh jenis virus yang lebih baru.
Akhir pekan lalu, penggunaan masker secara terbatas kembali dimandatkan di fasilitas kesehatan di AS. Wilayah Contra Costa, Sonoma, dan San Mateo di California mengeluarkan persyaratan penggunaan masker untuk fasilitas kesehatan di wilayah tersebut.
(sef)