Internasional

'Kiamat' Baru Ancam Bumi Gara-Gara Rusia

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
25 September 2023 22:00
Pom bensin yang tidak berfungsi terlihat di Bucha, Ukraina, Selasa (14/6/2022). Banyak dari stasiun pengisian BBM di Ukraina yang ditutup karena kekurangan pasokan.  (Photo by Dominika Zarzycka/NurPhoto via Getty Images)
Foto: Ilustrasi Pom Bensin Rusia (Photo by Dominika Zarzycka/NurPhoto via Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia memberi "kiamat" baru ke negara-negara dunia. Pemerintah Presiden Vladimir Putin akhirnya memberlakukan larangan ekspor solar dan bensin ke sebagian besar negara.

Hal ini tercatat dalam keputusan pemerintah yang ditandatangani oleh Perdana Menteri (PM) Mikhail Mishustin pekan lalu. Rusia mengatakan bahwa mereka akan memberlakukan pembatasan sementara terhadap ekspor terutama solar untuk menstabilkan harga bahan bakar di pasar domestik.

"Larangan ekspor bahan bakar akan berlaku selama diperlukan untuk menjamin stabilitas pasar," kata juru bicara Kremlin.

Larangan tersebut tidak memiliki tanggal berakhirnya pembatasan. Semua negara akan terkena imbas kecuali empat negara bekas Uni Soviet, Belarus, Kazakhstan, Armenia dan Kyrgyzstan.

Para analis energi mengatakan pengumuman Rusia sulit diprediksi. Para analis juga mengatakan ekspor solar Rusia berada di bawah tekanan karena melemahnya rubel, pemeliharaan kilang dalam negeri, dan upaya pemerintah untuk meningkatkan pasokan dalam negeri.

"Semua kesepakatan yang disepakati sebelum peraturan ini berlaku masih berlaku, yang berarti kemungkinan penghentian segera ekspor solar dan bensin tidak mungkin terjadi, kemungkinan besar akan memakan waktu 1-2 minggu agar dampaknya benar-benar terjadi," kata analis utama di Kpler, Viktor Katona, dalam catatan khusus.

"Namun, pada saat itu, pemerintah mungkin sudah membatalkan undang-undang khusus ini, secepat peraturan tersebut diterbitkan," tambahnya, seperti dikutip CNBC International.

Rusia adalah salah satu pemasok solar terbesar di dunia dan pengekspor utama minyak mentah. Pelaku pasar khawatir mengenai potensi dampak larangan Rusia, terutama pada saat persediaan solar global sudah berada pada tingkat rendah, di mana harga minyak melonjak sebanyak US$1 per barel.

Patokan internasional minyak mentah berjangka Brent diperdagangkan 0,9% lebih tinggi pada US$94,13 per barel pada Jumat sore di London. Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik 1,1% menjadi diperdagangkan pada US$90,62.

Dampak Baru 

Sebelum invasi besar-besaran Kremlin ke Ukraina pada Februari tahun lalu, kilang-kilang Rusia mengekspor sekitar 2,8 juta barel produk minyak per hari. Menurut ING, angka tersebut telah turun menjadi sekitar 1 juta barel per hari, namun Moskow masih tetap menjadi pemain utama di pasar energi global.

Kepala strategi komoditas di ING, Warren Patterson, mengatakan larangan Rusia terhadap ekspor bahan bakar merupakan perkembangan besar menjelang musim dingin di Belahan Bumi Utara. Biasanya permintaan meningkat di Eropa ketika musim ini tiba. 

"Pasar sulingan kelas menengah sudah melihat kekuatan yang signifikan menjelang larangan ini dengan persediaan yang ketat di AS, Eropa dan Asia menjelang musim dingin di Belahan Bumi Utara," kata Patterson.

Pernyataan Patterson mengutip faktor-faktor seperti pengurangan produksi OPEC+. Ini juga termasuk pemulihan perjalanan udara dan penurunan kinerja Eropa yang berjuang untuk menggantikan sulingan menengah Rusia setelah larangan sejak Februari 2022 lalu.

"Hilangnya sekitar [1 juta barel per hari] solar Rusia di pasar global akan terasa dan hanya memperkuat pandangan mendukung yang kami miliki mengenai celah distilasi menengah dan sebagai akibat dari margin kilang," tambahnya.

"Seberapa besar keuntungannya bergantung pada durasi larangan tersebut."

Pemimpin OPEC, Arab Saudi, mengatakan pada 5 September bahwa mereka akan memperpanjang pengurangan produksi sebesar 1 juta barel per hari hingga akhir tahun, dengan pemimpin non-OPEC Rusia berjanji untuk mengurangi ekspor minyak sebesar 300.000 barel per hari hingga akhir tahun. Kedua negara mengatakan mereka akan meninjau pemotongan sukarela mereka setiap bulan.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tarik 'Rem Darurat', Rusia Mau Setop Ekspor Bensin

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular