Internasional

Sah! Prancis Cabut dari Negara Ini, Buntut Kudeta Berdarah

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
25 September 2023 07:00
Ribuan pengunjuk rasa anti-sanksi berkumpul untuk mendukung tentara pemberontak di ibu kota Niamey, Niger 3 Agustus 2023. Tanda itu bertuliskan
Foto: Ribuan pengunjuk rasa anti-sanksi berkumpul untuk mendukung tentara pemberontak di ibu kota Niamey, Niger 3 Agustus 2023. Tanda itu bertuliskan "Selamat tinggal prancis". (REUTERS/STRINGER)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Prancis resmi menarik pasukan serta duta besar (dubes) dan beberapa diplomatnya dari Niger. Hal ini menyusul permintaan dari pemerintah negara Afrika itu yang baru saja berkuasa melalui kudeta.

Dalam sebuah pernyataan, Presiden Emmanuel Macron mengatakan Prancis juga akan mengakhiri semua kerja sama militer dengan Niger setelah kudeta. Ia memaparkan pasukannya yang berada di negara itu akan segera dipulangkan dalam beberapa bulan ke depan.

"Prancis telah memutuskan untuk menarik dubesnya. Dalam beberapa jam ke depan duta besar kami dan beberapa diplomat akan kembali ke Prancis," kata Macron dikutip BBC News, Senin (25/9/2023).

Langkah ini memberikan pukulan telak terhadap operasi Prancis melawan militan Islam di wilayah Sahel dan pengaruh Paris di sana. Namun, Macron mengatakan Paris tidak akan disandera oleh para pelaku kudeta.

Macron mengatakan dia masih menganggap Presiden Niger yang digulingkan, Mohamed Bazoum, yang saat ini ditahan oleh para pemimpin kudeta, sebagai "satu-satunya otoritas yang sah" di negara tersebut.

"Ia menjadi sasaran kudeta ini karena ia melakukan reformasi yang berani dan karena sebagian besar terjadi perselisihan antar etnis dan banyak kepengecutan politik," katanya.

Junta militer yang merebut kekuasaan di Niger pada bulan Juli menyambut baik langkah tersebut. Pasalnya, para pendukung junta setiap hari telah mengadakan demonstrasi di depan Kedubes Prancis yang ada di ibu kota Niamey.

"Minggu ini kami merayakan langkah baru menuju kedaulatan Niger," kata junta, dalam pernyataan yang dikutip kantor berita AFP.

Niger adalah salah satu dari beberapa bekas jajahan Prancis di Afrika Barat yang baru-baru ini diambil alih oleh militer setelah Burkina Faso, Guinea, Mali dan Chad. Kudeta terakhir terjadi di Gabon pada bulan Agustus.

Kecaman anti-Prancis telah berkembang di kawasan ini dalam beberapa tahun terakhir, dengan banyak politisi lokal yang menuduh Paris menerapkan kebijakan neokolonialis.

Ada juga kekhawatiran di Barat atas meningkatnya peran kelompok tentara bayaran Wagner di Sahel Rusia. Mereka dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia dan telah membantu beberapa rezim militer baru.

Komunitas Ekonomi regional Negara-negara Afrika Barat (Ecowas), yang didukung oleh Prancis, telah mengancam akan melakukan intervensi militer di Niger untuk mengembalikan jabatan Bazoum. Namun sejauh ini pihaknya belum bertindak.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kudeta Niger Makan Korban: Prancis!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular