Tragis Pedagang Pasar Tanah Abang, Kalah Lawan Live Shopping

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
Rabu, 20/09/2023 17:50 WIB
Foto: Pasar tanah abang, Jakarta, Rabu (20/9/2023). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)

Jakarta, CNBC Indonesia - Para pedagang di Pasar Tanah Abang mengeluhkan omzet yang semakin tergerus karena bersaing dengan pedagang yang melakukan live shopping di toko online. Pasalnya, harga yang ditawarkan oleh penjual lewat live shopping itu jauh di bawah harga rata-rata yang seharusnya

Seperti Niken, salah seorang pedagang pakaian di Pasar Tanah Abang yang mengaku omzetnya tergerus habis karena ulah pedagang live shopping. Dia menyebut, harga yang dihancurkan oleh para live shopper itu telah membuat pedagang di pasar kebingungan harus menerapkan banderol harga berapa lagi. 

Niken mengaku dirinya bersama pedagang lainnya juga sudah coba menerapkan sistem berjualan secara online. Akan tetapi, katanya, dari segi harga sudah dihancurkan pelaku live shopping, sehingga para pedagang tetap mengalami kerugian yang cukup besar.


"Iya kita sudah terapin jual online juga, tapi memang dari segi harga sudah dihancurin sama live shopping," kata Niken saat ditemui CNBC Indonesia di Lantai 3A Blok B Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (20/9/2023).

Apabila dia tetap mengikuti berjualan secara live streaming, katanya, Niken khawatir reseller miliknya yang berada di daerah menjadi semakin tercekik karena harus turut bersaing dengan dirinya atau pedagang lain yang berada di DKI Jakarta. Sebab, untuk diketahui, marketplace yang menyediakan kanal live shopper tersebut juga menawarkan voucher gratis ongkos kirim.

"Kalau misal saya ikut live juga kan kasihan langganan (reseller) saya," tukasnya.

"Otomatis kalau live shopping saya harus jual barang harga di sini (DKI Jakarta), lalu bagaimana nasib reseller saya yang di daerah? Kalau misal saya ikut live juga kan otomatis mereka kalah saing sama saya, begitu juga saya ke yang ada di atas saya, di gudang," tambah Niken.

Niken membeberkan, konveksi atau produsen tempatnya mengambil barang pun saat ini sudah melakukan live shopping. Oleh sebab itu, dia mengaku bingung akan mematok harga jual berapa lagi kalau misalnya si produsen sudah memasang harga jual sama dengan seperti harga beli para pedagang tersebut.

"Sekarang si produsen juga ikut turun nge-live. Misalnya saya ambil di gudang modal (beli) Rp50.000 per potong, tapi si gudang (produsen) juga ikutan live dengan menjual barangnya tetap Rp50.000. Bagaimana saya mau oper ke langganan? Berapa yang harus saya jual lagi ke langganan saya. Dari situ saja sudah hancur-hancuran harga barang, karena dari atasnya sudah dihancurin," tutur Niken.

"Jadi seharusnya kan kalau dia memang mau live juga, ya modalnya Rp50.000. Nah itu dia jual Rp53.000 lah biar kita masih ada sisa untuk dijual kembali. Tapi ini mereka tidak begitu, mereka jualnya langsung Rp50.000. Otomatis kita yang di bawah hancur nggak bisa menjual. Jadi orang tertarik langsung beli ke dia," imbuhnya.

Adapun kerugian yang dialaminya, kata Niken, sudah melebihi 50% dari omset normalnya. Jika biasanya ia bisa meraup keuntungan hingga Rp12 juta per bulan, namun sekarang untuk mendapatkan untung Rp500.000 saja sulit sekali.

"Wah banyak banget kerugiannya, jauh banget. Kalau saya biasanya keuntungan itu di atas sampai Rp12 juta, sekarang untuk mengejar uang Rp500.000 saja itu susah banget. Langganan juga yang biasanya belanja setiap 2-3 hari, ini sampai satu minggu katanya di pending dulu, 'tunggu kumpul uangnya'. Dari prosesnya itu jadi agak lama, ya di situ kita kerugiannya," ucap Niken.

Foto: Pasar Tanah Abang, Rabu (20/9/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Pasar Tanah Abang (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Hal senada juga disampaikan oleh Anggita, pedagang pakaian gamis di Pasar Tanah Abang. Dia mengatakan, para pedagang sudah banyak yang mengeluh omset berkurang hingga 80-90%.

"Para pedagang itu keluhkan omset berkurang sampai 80%-90%. Biasanya saya Rp 40-50 juta, sekarang Rp1 juta saja sulit. Jual satu potong saja susah sekali," kata Anggita.

Dia menyebut live shopping di kanal marketplace telah berpengaruh pesat terhadap perdagangan di Pasar Tanah Abang. "Masalahnya kita kan pedagang fisik, jadi kita butuhnya pembeli itu datang langsung bertatap muka. Kalau toko online itu kan nggak perlu ke Tanah Abang, langsung belanja," lanjutnya.

Anggita juga menyebut para live shopping juga telah menjatuhkan harga di pasaran. Hal ini yang membuat para pedagang menjerit karena tercekik oleh hancurnya harga jual produk.

"Sedih banget deh. Dia itu jatuh-jatuhin harga. Kita itu kan produksi sendiri, modalnya sendiri pasti kan juga ada yang dibilangnya ada yang nggak ngerti juga gimana. Jadi pedagang disini ngerasa, gimana ini kita udah banting harga sampai diobralin ini tuh, masih juga nggak laris," keluhnya.


(dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: RI-Rusia Kerja Sama Nuklir - Alasan Trump Tunda Blokir Tiktok