
'Kiamat' Baru Hantam Rusia, Warga Terancam Sakit-sakitan

Jakarta, CNBC Indonesia - Rentetan sanksi yang dikeluarkan Barat akibat invasi Rusia ke Ukraina terus memperburuk kondisi Negeri Beruang Merah. Kini, negara yang dipimpin Presiden Vladimir Putin tersebut harus menghadapi krisis obat-obatan.
Menurut laporan media lokal, selama setahun terakhir, puluhan jenis obat menghilang dari apotek. Beberapa yang persediaannya terbatas antara lain obat untuk mengobati diabetes dan penyakit kardiovaskular, obat tekanan darah, antidepresan, obat antitumor, antihistamin, antibiotik, antipiretik, dan lain-lain.
Sebuah komisi yang dibentuk oleh Kementerian Kesehatan Rusia pada Januari juga menerbitkan daftar 97 obat yang berpotensi kekurangan pasokan. Sementara itu, para dokter menyuarakan keprihatinan atas kekurangan obat dan melonjaknya harga obat.
"Saya tidak bisa mengatakan dengan tepat obat mana yang hilang. Saya tahu bahwa tidak ada (obat diabetes) Ozempic karena orang-orang mencari dan berusaha menemukannya," kata ahli bedah Alexander Vanyukov kepada Present Time tentang kekurangan obat tersebut pada Maret, seperti dikutip Newsweek, Rabu (20/9/2023).
Sanksi yang dikenakan oleh negara-negara Barat terhadap Rusia atas invasi Putin ke Ukraina tidak berlaku untuk obat-obatan dan peralatan medis, namun berdampak pada logistik dan pengadaan di pasar Rusia. Perusahaan pelayaran besar telah menangguhkan layanan ke Rusia, sehingga berdampak pada waktu pengiriman.
"Bukannya pasokannya terhenti, hanya saja jalur obat-obatan dari negara lain ke Rusia menjadi sangat tidak terduga, panjang dan mahal sehingga, rupanya, inilah sebabnya obat-obatan tersebut menghilang, karena tidak menguntungkan untuk diangkut, itu adalah sulit, kemungkinan besar karena ini," jelas Vanyukov.
Vanyukov juga mengatakan bahwa obat-obatan biasa pun tidak banyak tersedia.
"Bukan karena dilarang membawa, tapi justru karena perpanjangan waktu pengantaran, maka masa simpan obat bisa habis dalam perjalanan," ujarnya. "Memang mereka mencari parasetamol dan prednisolon setahun yang lalu, saya ingat."
Pekan lalu, media RBC Rusia melaporkan bahwa ada kekurangan Prozac antidepresan di apotek Rusia. Obat tersebut diproduksi oleh perusahaan farmasi Amerika Serikat Eli Lilly, yang keluar dari pasar Rusia pada April 2023.
Surat kabar harian bisnis berbahasa Rusia Vedomosti melaporkan pada Selasa bahwa obat lain, Micardis, yang digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi, gagal jantung, dan penyakit ginjal diabetes juga kekurangan pasokan di apotek di Rusia.
Perusahaan farmasi Jerman Boehringer Ingelheim mengumumkan pada Juli 2022 bahwa mereka akan berhenti memasok obat tersebut ke Rusia mulai Januari. Dilaporkan ada sekitar 23.000 paket obat yang tersisa di negara tersebut.
Kantor berita Izvestia melaporkan pada Januari bahwa ada laporan mingguan tentang kekurangan obat baru di Rusia dan sekitar 99% apotek menghadapi kekurangan pada tahun 2022.
Publikasi tersebut mengatakan pada saat itu bahwa antibiotik Amoxiclav dan obat kanker Tamoxifen menghilang dari apotek di seluruh negeri. Pada saat itu, Roszdravnadzor, Layanan Pengawasan Kesehatan Federal Rusia, mengatakan dalam sebuah postingan di saluran Telegramnya bahwa mungkin ada penundaan pengiriman ke apotek karena masalah logistik.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Eropa Makin Beringas, Siap Hukum Negara 'Pembantu' Rusia
