Internasional

OECD Ramal Dunia Makin Ngeri Tahun Depan, Ini Biang Keroknya

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
20 September 2023 06:05
Logo OECD (File REUTERS)
Foto: Logo OECD (File REUTERS)

Jakarta, CNBC Indonesia - Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memangkas perkiraan pertumbuhan untuk tahun depan karena kenaikan suku bunga yang "menyakitkan" yang bertujuan untuk mengekang inflasi berdampak buruk.

Dalam laporannya, dikatakan bahwa pertumbuhan global diproyeksikan akan tetap "di bawah par", melambat menjadi 2,7% tahun depan, turun dari 2,9% pada perkiraan sebelumnya.

"Setelah awal tahun 2023 yang lebih kuat dari perkiraan, dibantu oleh harga energi yang lebih rendah dan dibukanya kembali China, pertumbuhan global diperkirakan akan melambat," kata OECD dalam laporannya dikutip AFP, Rabu (20/9/2023).

"Dampak dari kebijakan moneter yang lebih ketat menjadi semakin terlihat, kepercayaan dunia usaha dan konsumen telah menurun, dan pemulihan di China telah memudar," tambahnya.

Bank-bank sentral di seluruh dunia telah meningkatkan biaya pinjaman secara tajam dalam upaya untuk menjinakkan harga konsumen yang melonjak setelah serangan Rusia ke Ukraina tahun lalu.

Bank Sentral Eropa (ECB) juga menaikkan suku bunga utama ke rekor tertinggi pada minggu lalu namun mengisyaratkan bahwa ini mungkin merupakan kenaikan terakhirnya. Sementara Federal Reserve Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan menghentikan kampanyenya menaikan suku bunga pada hari Rabu.

"Kita semua melihat pengetatan kebijakan moneter berdampak pada perekonomian kita. Hal ini diperlukan untuk mengurangi inflasi, namun hal ini menyakitkan," kata kepala ekonom OECD Clare Lombardelli pada konferensi pers.

"Inflasi diperkirakan akan melambat secara bertahap pada tahun 2023 dan 2024, namun tetap berada di atas target bank sentral di sebagian besar negara."

Bunga tinggi juga disebut-sebut telah membebani bunga kartu kredit. Ini ditakutkan ditakutkan mencekik kemampuan rumah tangga dan bisnis-bisnis kecil.

"Beberapa negara sudah melihat peningkatan tingkat tunggakan pinjaman dan kartu kredit serta peningkatan kebangkrutan perusahaan," tambah OECD.

Sementara itu, OECD juga memperingatkan bahwa perlambatan yang lebih tajam di China merupakan risiko utama tambahan yang akan mempengaruhi pertumbuhan output di seluruh dunia. Diketahui, perekonomian terbesar kedua di dunia ini mengalami kesulitan tahun ini setelah tiga tahun pembatasan akibat Covid-19 dan utang besar-besaran di sektor properti.

OECD juga memangkas proyeksinya terhadap China, dengan pertumbuhan sebesar 5,1% pada tahun ini dan melambat menjadi 4,6% pada tahun 2024.


(sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Top! Jadi Anggota OECD, 'Jalan Ninja' RI Jadi Negara Maju

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular