Harga Minyak Naik, Sri Mulyani Mau Temui Menteri BUMN & ESDM

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
19 September 2023 18:25
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo membuka sesi terakhir dari pertemuan ke-2 Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (AFMGM) pada Jumat (25/8/2023). (Tangkapan Layar Youtube Kemenkeu RI)
Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo membuka sesi terakhir dari pertemuan ke-2 Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (AFMGM) pada Jumat (25/8/2023). (Tangkapan Layar Youtube Kemenkeu RI)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan, akan menyoroti secara khusus mekanisme penyaluran subsidi BBM yang dilaksanakan PT Pertamina (Persero), di tengah lonjakan harga minyak mentah dunia.

Sebagaimana diketahui, harga minyak mentah dunia melompat pada pembukaan perdagangan Selasa (19/9/2023) melanjutkan tren kenaikan mencapai level tertinggi dalam 10 bulan terakhir.

Hari ini harga minyak mentah WTI dibuka melesat 0,81% di posisi US$92,22 per barel, begitu juga dengan minyak mentah brent dibuka melonjak 0,24% ke posisi US$94,66 per barel.

"Kita akan melihat mekanisme untuk BUMN yang melaksanakan subsidi kompensasi untuk terus menjaga dari sisi volume, penargetan, mengontrol dari sisi akuntabilitasnya," kata Sri Mulyani saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (19/9/2023).

"Sementara dari sisi policy ya nanti kita bicara dengan menteri ESDM, Menteri BUMN," tegasnya.

Dalam mengantisipasi terus melonjaknya harga minyak mentah dunia tersebut, pemerintah dan DPR pun telah sepakat menaikkan anggaran subsidi energi pada 2024, dari semula Rp185,87 triliun menjadi Rp189,10 triliun.

Alokasi subsidi energi tersebut terdiri dari subsidi jenis BBM tertentu dan LPG Tabung 3 Kg sebesar Rp113,27 triliun dan subsidi listrik sebesar Rp75,83 triliun. Subsidi jenis BBM tertentu sendiri senilai Rp25,82 triliun dari sebelumnya Rp25,69 triliun dalam RAPBN 2024.

Kenaikan anggaran subsidi dipengaruhi oleh asumsi harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) sebesar US$82 per barel dari sebelumnya US$80 per barel dengan asumsi nilai tukar Rp15.000 per dolar AS. Volume BBM subsidinya masih tetap 19,58 juta kiloliter.

Meski asumsi ICP sudah jauh tertinggal dari laju harga minyak dunia saat ini, Sri Mulyani menekankan, tidak ada yang bisa melihat pergerakan harga minyak dunia ke depan apakah bisa sampai ke level tiga digital atau malah turun.

"Enggak ada yang tahu mengenai proyeksi ya, seperti yang kita lihat dalam perkembangan," tuturnya.

Menurutnya, yang bisa diketahui saat ini adalah faktor produksi dari negara-negara produsen utama minyak mentah dunia yang tergabung dalam OPEC+ seperti Arab Saudi dan Rusia. Selain itu, dari sisi konsumsinya yang berpotensi rendah karena perlambatan ekonomi AS dan China.

"Dari sisi permintaan minyak sendiri yang tadi tergantung dari bagaimana kondisi kesehatan kondisi dunia, perekonomian AS, RRT, yang kemudian akan menentukan skala dari harga tersebut. Jadi ya, kita kelola saja," tegas Sri Mulyani.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Fix! Sri Mulyani Naikkan Target Lifting Minyak RAPBN 2024

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular