Putin Kena 'Gebuk' Lagi, Ukraina Rebut Fasilitas Migas Rusia
Jakarta, CNBC Indonesia - Militer Ukraina kembali membuat kemajuan dalam serangan baliknya melawan Rusia. Kali ini, Kyiv berhasil mengambil alih fasilitas pengeboran migas yang sebelumnya dikuasai Moskow.
Mengutip laporan Al Jazeera, platform migas Menara Boyko resmi direbut kembali pada Senin (11/9/2023). Fasilitas itu berada di bibir Laut Hitam dekat Krimea, yang diduduki pasukan Moskow sejak 2015.
Intelijen Ukraina (GUR) mengatakan melalui aplikasi pesan Telegram bahwa pasukan Ukraina telah merebut kembali platform pengeboran dalam "operasi unik".
"Bagi Ukraina, mendapatkan kembali kendali atas Menara Boyko merupakan hal yang sangat penting secara strategis dan, sebagai akibatnya, Rusia kehilangan kemampuan untuk menggunakannya untuk tujuan militer," kata GUR melalui Telegram.
Selama operasi tersebut, terjadi bentrokan antara pasukan khusus Ukraina di kapal dan jet tempur Rusia. GUR menyebut bahwa "piala berharga" seperti amunisi helikopter dan sistem radar milik Moskow yang dapat melacak pergerakan kapal di Laut Hitam disita di platform.
"Rusia telah kehilangan kemampuan untuk sepenuhnya mengendalikan perairan Laut Hitam, dan ini membuat Ukraina selangkah lebih dekat untuk mendapatkan kembali Krimea."
Kementerian Pertahanan Rusia tidak segera memberikan komentar mengenai klaim Ukraina tersebut. Namun kementerian tersebut sebelumnya melaporkan bahwa pesawat tempur Rusia menghancurkan beberapa speedboat Ukraina di wilayah tersebut dalam beberapa hari terakhir.
Penasihat Kementerian Dalam Negeri Ukraina, Anton Gerashchenko, mengatakan bahwa mendapatkan kembali kendali atas Menara Boyko adalah hal yang penting. Ini disebabkan fungsi menara itu yang digunakan oleh pasukan Rusia untuk sensor pemantauan, pengendalian, dan pengawasan demi memperluas kontrol operasional Rusia.
"Intelijen Pertahanan Ukraina merampas banyak kemampuan pemantauan dan intelijen Rusia dengan menjatuhkan mereka dari menara-menara ini. Langkah ini penting tidak hanya dalam perjuangan Ukraina untuk merebut Laut Hitam tetapi juga untuk mendapatkan lebih banyak ruang bagi operasi pesisir dan udaranya," tulisnya.
Perebutan ini terjadi setelah sebelumnya Militer Ukraina merebut di desa strategis bernama Robotnye di Selatan. Kyiv bahkan mengunggah video pembebasannya.
Atas perebutan itu, Anggota Parlemen Rusia atau Duma, Andrey Gurulyov, menyatakan bahwa penggunaan senjata nuklir bisa dipertimbangkan. Ini sesuai dengan perkataan Mantan Presiden Rusia yang juga Wakil Sekretaris Dewan Keamanan, Dmitry Medvedev, yang mengancam penggunaan senjata berbahaya itu jika serangan Ukraina berhasil.
"Daerah tersebut (Robotyne) adalah kasus yang sempurna untuk serangan taktis nuklir," pungkas Gurulyov dikutip Newsweek.
Rusia menyerang Ukraina sejak 24 Februari 2022 lalu. Putin beralasan bahwa serangan didasarkan pada niatan Kyiv untuk bergabung dengan NATO, yang notabenenya merupakan rival dari Moskow.
Selain itu, Putin berniat untuk mengambil wilayah Donetsk dan Luhansk yang sebelumnya dikendalikan Ukraina. Ini untuk membebaskan masyarakat etnis Rusia yang disebutnya mengalami persekusi dari kelompok ultra nasionalis Ukraina.
(luc/luc)