
Malaysia Mau Setop Ekspor 'Harta Karun' Ini, di RI Berlimpah!

Jakarta, CNBC Indonesia - Malaysia dikabarkan akan melarang ekspor 'harta karun' berupa bahan mentah mineral logam tanah jarang (LTJ). Hal ini dilakukan upaya Malaysia menghindari eksploitasi dan hilangnya sumber daya.
Perdana Menteri Anwar Ibrahim menyampaikan, pemerintah akan mendukung pengembangan industri tanah jarang di Malaysia dan larangan tersebut akan menjamin keuntungan maksimal. Namun ia tidak mengatakan kapan usulan larangan itu akan mulai berlaku.
"Industri logam tanah jarang diperkirakan akan menyumbang sebesar 9,5 miliar ringgit (Rp 30 triliun) terhadap produk domestik bruto negara tersebut pada 2025 dan menciptakan hampir 7.000 lapangan kerja," kata Anwar di parlemen dikutip Reuters Selasa (12/9/2023).
"Pemetaan detail sumber unsur tanah jarang dan model bisnis komprehensif yang menggabungkan industri hulu, menengah, dan hilir akan dikembangkan untuk menjaga rantai nilai tanah jarang di tanah air."
Keputusan ini sendiri diambil tatkala tetangga Malaysia, Indonesia, mengambil langkah serupa dengan menerapkan hilirisasi. Ini untuk menjamin peningkatan nilai tambah di dalam negeri.
Malaysia hanya memiliki sedikit cadangan tanah jarang di dunia, dengan perkiraan 30.000 metrik ton. Namun keputusan tersebut diambil ketika dunia berupaya melakukan diversifikasi dari China yang menggunakannya secara luas dalam industri chip semikonduktor, kendaraan listrik, dan peralatan militer.
Berbeda dengan Malaysia, ternyata Indonesia memiliki cadangan 'harta karun' logam tanah jarang yang berlimpah. Harta karun super langka ini pun hanya tersebar di beberapa lokasi saja dengan jumlah cadangan 1,5 miliar ton.
Hal tersebut berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) per 2015, dikutip dari "Kajian Potensi Mineral Ikutan pada Pertambangan Timah" yang dirilis Pusat Data dan Teknologi Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral Kementerian ESDM 2017.
'Harta karun' ini akan semakin diincar dunia ke depannya karena dibutuhkan untuk bahan baku komponen teknologi canggih, seperti baterai, telepon seluler, komputer, industri elektronika, pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT), hingga peralatan senjata atau industri pertahanan dan kendaraan listrik.
Dari ke-17 unsur logam tanah jarang, enam unsur di antaranya sangat diperlukan untuk pengembangan kendaraan listrik, yaitu lanthanum (La), cerium (Ce), neodymium (Nd) untuk baterai, praseodymium (Pr), neodymium (Nd), terbium (Tb), dan dysprosium (Dy) untuk generator dan motor listrik.
"Lokasinya tersebar di Pulau Sumatera (Provinsi Kepulauan Bangka Belitung), Pulau Kalimantan (terutama Kalimatan Barat dan Kalimantan Tengah), Pulau Sulawesi dan Pulau Papua) dengan perkiraan total potensi mencapai 1,5 miliar ton," ungkap ringkasan eksekutif "Kajian Potensi Mineral Ikutan pada Pertambangan Timah" yang dirilis Kementerian ESDM pada 2017 lalu.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Diam-diam China Mau Beli 'Harta Karun' Super Langka RI
