Kas Perusahaan Banjir Bikin Penyaluran Kredit Bank Lamban

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
Senin, 11/09/2023 07:25 WIB
Foto: detik.com

Jakarta, CNBC Indonesia - Penyaluran kredit perbankan masih menunjukkan kelesuan. Dari sisi likuiditas perbankan sebetulnya tidak ada kendala, namun permasalahan penyaluran itu terindikasi dari sisi permintaannya.

Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Irman Robinson mengatakan, data terakhir untuk pertumbuhan kredit per Juli 2023, berada di level 8,54% (yoy), sedangkan pada Juli 2022 tumbuhnya mencapai 10,5%.

Secara tahun berjalan atau year to date (ytd) pun per Juli 2023 baru mencapai level pertumbuhan 4,08%, lebih lambat dibanding level pertumbuhan pada Juli 2022 yang berada di posisi 6,77%.


"Memang masih positif tapi melambat," kata Irman di Labuan Bajo, NTT, seperti dikutip Senin (10/9/2023).

Dari sisi intermediasi yang tercermin dari loan to deposit ratio sudah mulai sedikit meningkat ke posisi 82,9% per Juli 2023 dari sebelumnya pada Juli 2022 sebesar 81,43%.

"Jadi sebenarnya ada yang bisa kita dorong lebih lanjut karena ekonominya masih bagus, tapi kreditnya tidak setinggi ekonomi jadi kita masih bisa dorong," ucap Irman.

Namun, secara sektoral, Irman mengungkapkan, penyaluran kredit ke sektor pertambangan turun, dari periode tahun lalu di level kisaran 36% menjadi hanya sekitar 5,4-6,41% saat ini.

"Tapi sebetulnya ini sejalan dengan harga komoditas yang menurun. tahun lalu kan memang harga komoditas agak tinggi kenaikan harganya, sekarang agak menurun, jadi ini langsung berdampak ke pertumbuhan kreditnya," tuturnya.

Kondisi yang serupa menurutnya juga terjadi untuk sektor industri utama lainnya yang porsi ke kreditnya besar, seperti perdagangan hingga konstruksi yang trennya lebih rendah dibanding tahun sebelumnya.

Oleh sebab itu, Irman menganggap, dari sisi perbankan sebetulnya tidak ada permasalahan untuk segera menyalurkan kredit. Namun, dari sisi permintaannya, seperti sektor-sektor industri itu masih belum ada peningkatan tinggi seperti tahun lalu.

Ia menekankan, ini juga tercermin dari rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) perbankan yang masih sangat tinggi, yakni di kisaran 27,5%. Jauh di atas ambang batas yang ditetapkan saat ini di level 10%.

"Jadi ini cukup jauh di atas threshold yang berarti bank masih punya bantalan likuiditas yang cukup untuk dia pakai dorong kredit," ucap Irman.

Dari sisi risiko perbankannya, seperti tercermin dari rasio kecukupan modal atau CAR masih sangat bagus, Capital Adequacy Ratio (CAR) juga masih tinggi di level 26,74% jauh di atas batas aman kisaran 20% ke atas.

Ini pun ditopang oleh rasio kredit bermasalah perbankan atau non performing loan (NPL) yang turut terjaga di bawah 5%, yaitu hanya sekitar 2,52% dan terus menunjukkan perbaikan dari saat masa Pandemi Covid-19 di kisaran atas 3% secara total.

Oleh sebab itu, Irman beranggapan, melambatnya penyaluran kredit saat ini lebih disebabkan sektor korporasinya yang belum banyak mengajukan kredit. Di antaranya karena industri atau korporasi masih banyak memegang cash yang bertumpuk dari hasil penjualan usahanya.

"Jadi mereka punya penumpukan cash sejak zaman pandemi kemarin karena pandemi mereka masih tetap terima penjualan, penjualan tetap jalan, tapi tidak digunakan untuk investasi karena pandemi kemarin banyak yang hold investasi," tutur Irman.

Tumpukan uang tunai yang ada selama 2023 pun hanya perusahaan gunakan untuk pelunasan kredit mereka. Di sisi lain, dari fasilitas kredit yang belum ditarik atau undisbursed loan, menurutnya juga terindikasi mengalami peningkatan.

"Berarti bahwa sebenarnya dia dikasih kredit sama bank, plafonnya ada, meningkat, tapi belum digunakan. Jadi ini yang kita lihat mengindikasikan korporasi kita masih punya cash buffer yang cukup tinggi," ucap Irman.

"Tercermin juga dari investasinya yang melandai, kelihatan ada wait and see dari korporasi untuk investasi. Ini yang terjadi sampai Juli kemarin," tegasnya.

Kendati begitu, Irman meyakini, permasalahan tumpukan cash ini tentu tidak akan menjadi masalah dalam waktu jangka menengah panjang, sebab ujungnya juga pasti akan terus dimanfaatkan dan berkurang.

"Cash buffer pada akhirnya akan didorong ya, jadi mungkin di kuartal III, kuartal IV kita harapkan ada pertumbuhan kredit di sini karena cash buffer korporasi sudah mulai digunakan," ungkap Irman.

Dengan kondisi tersebut Irman mengatakan, Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan kredit pada 2023 akan berada pada kisaran 9-11% hingga akhir tahun atau 10 plus minus 1 dengan target pertumbuhan ekonomi sekitar 4,6-5,3%.


(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Pertumbuhan Kredit Melambat Lagi