Harga Gula Lampaui Rekor 2022, Bos ID Food Ungkap Fakta Ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Tak hanya beras, ternyata harga gula juga mengalami kenaikan. Bahkan, kini sudah melampaui level tertinggi harga gula tahun 2022 yang mencapai Rp 14.760 per kg, yang terjadi di bulan Mei.
Panel Harga Badan Pangan menunjukkan, harga rata-rata gula konsumsi hari ini, Jumat (8/9/2023, data pukul 12.24 WIB) naik Rp10 ke Rp14.790 per kg. Harga tersebut adalah rata-rata nasional harian di tingkat pedagang eceran.
Sementara dari pantauan CNBC Indonesia di pasar, rata-rata harga gula kini sudah Rp 15.000 per kg atau Rp 500 lebih mahal dari Harga Acuan Pemerintah (HAP) Rp 14.500 per kg.
Menanggapi lonjakan harga gula itu, Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) (Persero) atau ID Food Frans Marganda Tambunan menyebut kenaikan harga gula belakangan ini justru sesuai dengan yang diharapkan pemerintah dan masih dalam batas kewajaran, dalam rentang fleksibilitas 10%-15% dari HAP Rp14.500 per kg.
"Harga gula naik sebenarnya kan itu seperti yang diharapkan masih dalam batas kewajaran," kata Frans saat ditemui CNBC Indonesia di komplek DPR RI, Senayan, Jakarta, dikutip Jumat (8/9/2023).
Sebetulnya, lanjut Frans, kenaikan harga pada gula tersebut merupakan berita bagus. Karena sekitar 3 minggu yang lalu harga lelang gula masih di bawah Rp12.500 per kg atau tidak sesuai dengan harga pokok penjualan (HPP) yang ditetapkan pemerintah. Harga di bawah HPP itu juga, katanya, tidak seperti ekspektasi Badan Pangan Nasional (Bapanas), juga petani.
"Saat ini harga lelang berkisar sekitar Rp12.500 sampai dengan Rp12.700. Sebenarnya itu berita bagus," ujarnya.
Oleh karena itu, Frans menilai kenaikan harga gula yang terjadi sekarang ini masih dalam tahap wajar, karena masih sekitar Rp200 dari harga batas gula petani.
"Jadi harga kenaikan sekarang, saya kira masih dalam tahap wajar sekitar Rp200 dari harga batas gula petani," tuturnya.
Sementara untuk antisipasi ke depannya, lanjut Frans, supaya pergerakan harga tidak menjadi liar, saat ini ID Food juga sudah menyiapkan buffer stock atau stok pengaman sampai dengan awal tahun 2024 nanti untuk mengantisipasi kenaikan harga melebihi HAP yang telah ditetapkan pemerintah.
"Jadi sekarang masih dalam kondisi oke lah, normal," tukasnya.
ID Food menargetkan pihaknya bisa menopang atau carry over kurang lebih sekitar 50 ribu hingga 100 ribu ton gula ke awal tahun 2024 mendatang.
"Nah saat ini karena masih dalam proses giling, dan giling akan selesai nanti kurang lebih bulan September-Oktober. Jadi yang kita utamakan sekarang ini, itu buffer stock yang berasal dari produksi dalam negeri, yang berasal dari produksi RNI sendiri atau kami beli di pabrik lain di luar RNI," jelasnya.
Lebih lanjut, Frans mengungkapkan target produksi gula konsumsi RNI tahun 2023 ialah sekitar 280 ribu ton. Sementara kontribusi RNI adalah sekitar 12% terhadap kontribusi nasional.
"(Karena) kontribusi RNI kan sekitar 12% terhadap kontribusi nasional. Sehingga dari nasional kurang lebih memproduksi sekitar 2,2-2,4 juta ton, dan RNI sendiri tahun ini perkiraan sekitar 280 ribu ton produksi gula. Nah dari 280 ribu itu, 50 ribu akan kita bawa untuk stok tahun 2024," terang Frans.
"Nah kita masih mencari mengupayakan supaya juga ada stok yang kita beli dari pabrik di luar RNI untuk melengkapi ke 100 ribu ton," imbuhnya.
Frans tak menampik jumlah tersebut tentu masih kurang, "Tetapi paling tidak kita masih mengurangi atau menutupi kekurangan terutama nanti di bulan Januari-Februari."
(dce)