Duh, RI Butuh Lebih dari Rp 4.000 T untuk Cegah Bencana Iklim

Rosseno Aji Nugroho, CNBC Indonesia
Jumat, 08/09/2023 07:50 WIB
Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo membuka sesi terakhir dari pertemuan ke-2 Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (AFMGM) pada Jumat (25/8/2023). (Tangkapan Layar Youtube Kemenkeu RI)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan Indonesia membutuhkan dana lebih dari US$ 280 miliar atau setara Rp 4.297 triliun untuk mengurangi emisi gas karbon sebesar 40% dari yang dihasilkan oleh Indonesia hari ini.

Dia mengatakan dana jumbo itu merupakan nilai investasi yang dibutuhkan membangun pembangkit daya yang lebih ramah lingkungan, serta mempensiunkan PLTU batu bara.

"Akan membutuhkan lebih dari US$ 280 miliar," kata Sri Mulyani dalam acara Gala Dinner Indonesia Sustainability Forum 2023 di Park Hyatt Jakarta, Kamis, (7/9/2023).


Dia mengatakan ketika berbicara mengenai tentang pembangunan berkelanjutan, maka negara-negara selalu dihadapkan pada permasalahan pendanaan. Menurutnya, banyak pihak telah menghitung perkiraan dana yang dibutuhkan untuk benar-benar menyelamatkan dunia ini dari perubahan iklim.

Dengan demikian, Sri Mulyani melihat satu solusi untuk menciptakan pertumbuhan berkelanjutan adalah dengan menciptakan pembiayaan yang berkelanjutan untuk proyek penyelamatan bumi itu.

Sri Mulyani mengatakan mencari jalan tengah untuk itu tidak mudah. Pasalnya, dia mengkalkulasi setiap terjadi pertumbuhan ekonomi 5% maka dibutuhkan pertumbuhan konsumsi energi yang jauh lebih besar.

Pekerjaan rumah untuk setiap negara, kata dia, adalah untuk bisa terus tumbuh, namun tanpa memperburuk emisi karbon. Dia mengatakan jalan tengah itu adalah setiap negara harus lebih giat dalam berinvestasi pada energi hijau.

Mantan pejabat Bank Dunia ini juga mengatakan untuk memenuhi kebutuhan dana yang tidak sedikit itu dibutuhkan kerja sama internasional yang kuat. Indonesia, kata dia, sejauh ini telah berupaya memenuhi kebutuhan biaya pengembangan energi hijau dengan menerbitkan green sukuk dan green bond, serta menciptakan pendanaan campuran.

Namun, upaya tersebut diperkirakan hanya bisa memenuhi kurang dari 30% dari total dana yang dibutuhkan. "Ini adalah upaya kami untuk menciptakan platform pembiayaan dan kerja sama," katanya.


(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: 8 Jurus Sri Mulyani Tembuskan 8%!