Internasional

Peringatan Baru Hantui Jerman, Otomotif Kena

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
07 September 2023 07:40
Ilustrasi manufaktur Jerman. (AP Photo)
Foto: Ilustrasi manufaktur Jerman. (AP Photo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perekonomian Jerman terdampak oleh perang Rusia-Ukraina. Salah satu industri terkuat negara itu, otomotif, bahkan telah masuk dalam peringatan operasional yang keras.

Presiden Asosiasi Industri Otomotif, Hildegard Muller, mengatakan bahwa masa depan industri otomotif Jerman terancam karena harga energi yang menurutnya terlalu tinggi. Diketahui, harga energi di Jerman dan Eropa telah melambung pasca perang.

"Jerman kehilangan secara dramatis daya saing internasionalnya sebagai lokasi industri otomotif karena melonjaknya harga energi," kata Muller dalam sebuah wawancara dengan kepala Microsoft Jerman, Marianne Janik, Kamis (7/9/2023), dikutip Russia Today (RT).

Menurut Muller, melonjaknya harga energi telah menjadi "racun" bagi pemasok skala menengah di negara tersebut. Mereka memperingatkan bahwa investasi tidak akan lagi mengalir ke Jerman melainkan akan beralih ke negara-negara Uni Eropa (UE) lainnya atau ke Amerika Serikat (AS).

Selain harga energi, Muller mengeluhkan regulasi yang berlebihan pada industri mobil, penundaan pengambilan keputusan politik, dan kurangnya kerangka hukum untuk reformasi di masa depan, khususnya untuk produk teknologi seperti kecerdasan buatan.

Pernyataan Muller ini sendiri dilontarkan tak lama setelah presiden emeritus di lembaga Ifo, Hans-Werner Sinn, mengatakan bahwa Jerman sekali lagi menjadi "orang sakit di Eropa".

Julukan "orang sakit di Eropa" muncul kembali dalam beberapa minggu terakhir seiring dengan menurunnya produksi manufaktur di Negeri Rhein itu. Label ini awalnya digunakan untuk menggambarkan perekonomian Jerman pada tahun 1998 saat menghadapi tantangan ekonomi pasca-reunifikasi yang mahal.

"Ini bukan fenomena jangka pendek," kata Sinn kepada CNBC International di Forum Ambrosetti di Italia.

Menurut catatan penelitian yang dirilis pada bulan Agustus oleh Berenberg, Jerman bisa kehilangan 2% hingga 3% dari kapasitas industrinya saat ini karena perusahaan-perusahaan memindahkan operasinya ke negara-negara yang harga gas dan listriknya lebih murah, seperti AS atau Arab Saudi.

"Ketidakpastian kebijakan saat ini dan kekecewaan terhadap rencana pemerintah yang setengah matang bukanlah faktor struktural yang tampaknya akan menghambat perekonomian Jerman dalam jangka panjang," pungkas Kepala Ekonom Berenberg, Holger Schmieding.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Duh! Jerman Mulai Tekor Biaya Ukraina di Perang Rusia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular