Ngeri! Putin Didesak Segera Bom Nuklir AS
Jakarta, CNBC Indonesia - Retorika serangan nuklir pasca serangan Rusia ke Ukraina terus memuncak. Kali ini Putin didesak segera menembakkannya ke Amerika Serikat (AS).
Penggunaan senjata berbahaya tersebut muncul dari propagandis Kremlin, Igor Korotchenko. Ia yang juga editor surat kabar National Defense, mengatakan bahwa NATO dan Amerika Serikat (AS) saat ini telah melontarkan ancaman keras kepada Rusia merujuk anggota senior NATO Ben Hodges.
"Rusia diperingatkan dan diancam," kata Korotchenko dalam acara TV di saluran Russia 1 dikutip Newsweek, Selasa (5/9/2023).
"Bahwa jika berperilaku buruk- atau jika menurut pendapat Ben Hodges- kita melampaui apa yang dianggap sebagai batas yang diperbolehkan untuk penggunaan semua jenis senjata Rusia, ia mengancam kita dengan lebih dari sekedar serangan di jembatan Krimea," tambahnya.
Diketahui, Hodges telah berulang kali menyerukan agar Ukraina diberikan semua senjata yang diperlukan untuk merebut kembali Krimea, seperti ATACMS (Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat). Ini akan memungkinkan serangan presisi jarak jauh di semenanjung yang dianeksasi Moskow pada tahun 2014 itu.
Lebih lanjut Korotchenko mengatakan, bahwa Hodges yakin AS mungkin mempertimbangkan serangan terhadap pangkalan Armada Laut Hitam Rusia dan pasukannya di Krimea. Termasuk menyerang pangkalan angkatan laut Rusia di Tartus, Suriah.
"Ini bukan hanya pernyataan seorang pensiunan elang tetapi juga kampanye informasi terpadu yang dirancang untuk mempengaruhi kami dan khalayak Barat," tegasnya.
Korotchenko medesak diskusi tentang apa yang akan menentukan penggunaan dan diperbolehkannya senjata nuklir taktis. Ia juga meminta adanya konsensus terkait tujuan dan taktik apa yang akan digunakan Rusia bila eskalasi memuncak.
"Pesan paling penting yang harus kami kirimkan kepada Amerika adalah bahwa kami tidak akan berperang dengan Anda di Eropa," tegasnya.
Sebagai respons terhadap serangan Anda terhadap fasilitas militer atau sipil Rusia, serangan pertama akan menjadi serangan terbatas preventif terhadap sasaran di wilayah AS," katanya lagi.
Rusia menyerang Ukraina sejak Februari 2022. Akibat serangan itu, dunia yang belum pulih dari Covid-19 terhantam kenaikan harga energi dan pangan.
Rusia merupakan salah satu penghasil besar minyak dan gas. Sementara Rusia dan Ukraina juga merupakan salah satu eksportir pangan terbesar dunia.
Ini menyebabkan inflasi tinggi di banyak negara di mana beberapa mencatat kenaikan biaya hidup dan resesi. Keterlibatan NATO dan AS kerap dikhawatirkan akan memperparah konflik dan membawa ke Perang Dunia 3.
(sef/sef)