Ternyata RI Sudah Impor Listrik dari Malaysia, Ini Jumlahnya

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
05 September 2023 15:20
Melihat Gardu Induk 150kV Kendari. CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam kurun waktu satu dekade terakhir Indonesia ternyata sudah mengimpor listrik dari Malaysia. Namun demikian, tiga tahun terakhir ini terlihat jumlah impor listriknya semakin menurun.

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam 'Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia 2022', pada 2022 Indonesia mengimpor listrik sebesar 797,38 Giga Watt hour (GWh), turun 18% dibandingkan impor listrik pada 2021 yang tercatat sebesar 972,73 GWh.

Kementerian ESDM sempat menyebut, impor listrik ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan listrik di Kalimantan Barat.

Pasokan listrik tersebut berasal dari perusahaan listrik Malaysia yaitu Sarawak Electricity Supply Corporation (SESCO), anak usaha Sarawak Energy Berhad. SESCO mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), sehingga harga listrik jauh lebih murah, dibandingkan suplai dari area Kalimantan Barat yang masih menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis High Speed Diesel (HSD).

Bila pembangkit listrik baru di Kalimantan telah selesai proses pembangunannya dan bisa beroperasi, maka Indonesia diperkirakan bisa mengekspor listrik ke Malaysia.

Pada pekan lalu saat pertemuan para Menteri Energi Asia Tenggara (ASEAN) di Nusa Dua, Bali, selama 24-25 Agustus 2023, salah satu kesepakatan yang ditandatangani yaitu terkait interkoneksi listrik perbatasan Indonesia-Malaysia atau Indonesia-Malaysia Cross-Border Power Interconnection.

Disebutkan terdapat 18 potensi interkoneksi lintas batas dengan kapasitas kumulatif 33 GW pada tahun 2040, termasuk dua interkonektor yang diusulkan antara Indonesia dan Malaysia untuk analisis tingkat kelayakan:

- Sumatera, Indonesia - Peninsular Malaysia: ACE, PT PLN (Persero), dan Tenaga Nasional Berhad (TNB)

Kedua negara sepakat berkolaborasi untuk mengembangkan Studi Kelayakan untuk jalur Interkoneksi Sumatera, Indonesia - Semenanjung Malaysia. Studi ini akan fokus pada peningkatan investasi di fasilitas yang dibutuhkan, mendukung pengembangan dan implementasi kebijakan. Studi Kelayakan akan menentukan kelayakan teknis, keuangan, dan ekonomi dan juga penilaian dampak lingkungan awal. Sumatera, Indonesia - Interkoneksi Semenanjung Malaysia akan menjadi interkoneksi lintas batas bawah laut pertama di kawasan ini.

- Kalimantan, Indonesia - Sabah, Malaysia: ACE, PT PLN (Persero), dan Sabah Electricity Sdn Bhd (SESB)

Berkolaborasi untuk membuat studi kelayakan dengan ruang lingkup yang serupa dengan pengaturan di atas yang bertujuan untuk mencapai Interkonektivitas Keamanan Energi Berkelanjutan di wilayah Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Filipina (BIMP).

Berikut data impor listrik RI dari Malaysia selama 5 tahun terakhir ini:

2018: 1.495,89 GWh.
2019: 1.683,12 GWh.
2020: 1.553,00 GWh.
2021: 972,73 GWh.
2022: 797,38 GWh.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 11.819 Keluarga Terima Program Sambung Listrik Gratis PLN

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular