Heboh Diam-diam RI Impor Nikel, Ini Kata Menteri Jokowi

pgr, CNBC Indonesia
Senin, 04/09/2023 09:30 WIB
Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah dalam hal ini Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif akhirnya buka suara perihal adanya perusahaan Smelter asal Indonesia yang melakukan kegiatan impor bijih nikel dari luar negeri. Terutama nikel yang berasal dari Filipina.

Arifin menilai keputusan perusahaan tersebut melakukan pembelian bijih nikel dari Filipina lantaran tersendatnya pasokan bahan baku yang berasal dari Blok Mandiodo. Adapun, operasi tambang Blok Mandiodo saat ini tengah dihentikan menyusul adanya kasus tindak pidana korupsi pada wilayah IUP milik PT Antam tersebut.

"Kita sudah telusuri berita-berita tersebut. Terindikasi perusahaan yang impor itu adalah perusahaan yang selama ini mengambil bahan baku dari Blok Mandiodo yang saat ini bermasalah," ungkap Arifin dalam Rapat Kerja bersama Komisi VII DPR, dikutip Senin (4/9/2023).


Oleh sebab itu, karena perusahaan tersebut harus melanjutkan proses pengolahan dan terikat kontrak dengan off taker, maka langkah pembelian bijih nikel dari luar negeri akhirnya harus dilakukan.

"Mereka mengambil langkah ini karena memang secara keseluruhan karena tidak boleh ekspor ore nikel semua produsen tambang sudah terikat dengan off taker smelter yang sedang berjalan," kata dia.

Seperti diketahui, Kementerian ESDM baru-baru ini mengungkapkan terdapat perusahaan asal Indonesia yang melakukan kegiatan pembelian bijih nikel dari luar negeri. Padahal Indonesia sendiri merupakan negara penghasil nikel terbesar di dunia saat ini.

Plt. Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, Muhammad Wafid membeberkan perusahaan yang dimaksud melakukan impor bijih nikel dari Filipina. Mereka beralasan, impor bijih nikel dilakukan lantaran kurangnya pasokan bahan baku di dalam negeri.

"Ada isu nikel yang diimpor dari Filipina karena smelter kekurangan bahan," kata Wafid dikutip Rabu (30/8/2023).

Meski begitu, Wafid memastikan bahwa berdasarkan perhitungan seluruh Rencana Keuangan dan Anggaran Biaya (RKAB) nikel yang diterbitkan, bijih nikel untuk pasokan smelter di dalam negeri seharusnya mencukupi.

"Saya sampaikan bahwa saya coba hitung seluruh RKAB yang sudah kita setujui jumlahnya berapa input nikel yang dibutuhkan berapa hasilnya masih cukup. Tidak ada kekurangan di sekitar Sulawesi Utara, jadi terpaksa harus impor mungkin hal lain ya," tambah Wafid.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Ahli UGM Sebut Kerugian Tambang Raja Ampat Lampaui Kasus Timah