Putin Mulai Kalah, DPR Rusia Desak Penggunaan Nuklir
Jakarta, CNBC Indonesia - Retorika penggunaan senjata nuklir oleh Rusia dalam perang di Ukraina kembali meningkat. Baru-baru ini, isu mengenai penggunaan senjata berbahaya itu diungkapkan oleh Anggota Parlemen atau Duma, Andrey Gurulyov.
Gurulyov, yang juga merupakan komandan militer, menyatakan di TV pemerintah pada hari Selasa (29/8/2023) bahwa penggunaan senjata nuklir taktis saat ini bisa dipertimbangkan. Ini dikarenakan kekalahan Rusia dari pasukan Ukraina di wilayah Robotyne, yang membuat wilayah itu kembali dimiliki Kyiv.
"Daerah tersebut (Robotyne) adalah kasus yang sempurna untuk serangan taktis nuklir," tuturnya dikutip Newsweek.
Kyiv sedang melakukan serangan balasan selama tiga bulan untuk merebut kembali wilayah yang direbut oleh Rusia sejak Februari 2022. Bentrokan sengit saat ini seringkali terjadi di sepanjang garis depan di wilayah Donetsk dan Zaporizhzhia.
Retorika penggunaan nuklir sendiri beberapa kali juga diucapkan oleh Mantan Presiden Rusia yang juga Wakil Sekretaris Dewan Keamanan, Dmitry Medvedev. Akhir bulan lalu, Medvedev menjelaskan bahwa Moskow harus menggunakan senjata nuklir jika serangan balasan Kyiv yang sedang berlangsung berhasil.
"Bayangkan jika.. ofensif, yang didukung oleh NATO, berhasil dan mereka merobek sebagian tanah kami maka kami akan dipaksa untuk menggunakan senjata nuklir sesuai aturan keputusan dari presiden Rusia," paparnya dikutip Reuters.
"Tidak akan ada pilihan lain. Jadi musuh kita harus berdoa untuk (kesuksesan) prajurit kita. Mereka memastikan bahwa api nuklir global tidak tersulut."
Rusia menyerang Ukraina sejak 24 Februari 2022 lalu. Putin beralasan bahwa serangan didasarkan pada niatan Kyiv untuk bergabung dengan NATO, yang notabenenya merupakan rival dari Moskow.
Selain itu, Putin berniat untuk mengambil wilayah Donetsk dan Luhansk yang sebelumnya dikendalikan Ukraina. Ini untuk membebaskan masyarakat etnis Rusia yang disebutnya mengalami persekusi dari kelompok ultra nasionalis Ukraina.
(luc/luc)